Kristiane Backer: Dari MTV ke Makkah

todayszaman
Kristiane Backer
Rep: Hasanul Rizqa Red: Agung Sasongko

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- "Saat remaja, kehidupan saya begitu menyenangkan. Saya memiliki segala yang diimpikan anak-anak muda pada umumnya, "kata Kristiane Backer, seperti dikutip dari AboutIslam.net, belum lama ini.

Pembawa acara di Music Television (MTV) Eropa ini, biasa mewawancarai sosok-sosok terkenal, seperti bintang film, musisi, hingga artis-artis dunia. Pergaulannya meliputi lingkungan kelas elite.

Namun, Kristiane akhirnya sampai pada satu titik jemu. Dia merasa ada sesuatu yang hilang dari kehidupannya. Hampir semua yang dimilikinya berupa uang, popularitas, koneksi, dan bahkan, hubungan romantis, tidak mampu mengisi kekosongan hatinya. Saat sedang bekerja, ia hampir tidak bisa mengendalikan pikirannya.

Saat itu begitu dilematis. Di atas panggung, yang menghadap 70 ribu lebih penonton. "Saya bagaikan berada di atas awan. Tapi, saya merasa kesepian,"ujar Kristiane.

Ia berusaha memulai pencarian spiritual. Ia membaca banyak buku yang berkaitan dengan meditasi. Namun, upaya itu tidak cukup menenangkan batinnya. Kristiane saat itu merasa lelah dengan kepura-puraan. Dalam dunia hiburan, para pemainnya dituntut memerhatikan penampilan.

Di depan kamera, cerialah. Tidak perlu banyak berpikir. Berpuaslah dengan masa muda. Dimensi spiritual sangat jarang tersentuh.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dalam kondisi demikian, segalanya berubah ketika Kristiane berkesempatan mengunjungi Pakistan pada 1992. Di negara tersebut, ia bertugas mewawancarai seorang atlet setempat yang saat itu menjadi favorit anak-anak muda, Imran Khan.

Berbeda dengan narasumber yang biasa ditemuinya, sosok Imran memiliki pengetahuan yang luas dalam bidang spiritual. Usai berbincang-bincang, Imran menawari Kristiane mendengarkan musik genre sufistik.

Di sinilah Kristiane pertama kali mengenal sisi religius dari dunia seni. Syair-syairnya banyak berkaitan dengan cinta, kerinduan rohani, dan Tuhan.

Salah satu sajak yang menyentuh hati Kristiane, ia masih hafal hingga kini, adalah karya penyair Jalaluddin Rumi, Nyanyian Seruling (The Song of the Reed).

Dengarkan nyanyi resah seruling Bagaimana ia derita karena perpisahan

Sejak aku terenggut dari rumpun bambuku Ratapanku membuat laki-perempuan berduka

Aku mencari hati yang terluka oleh perpisahan Sebab, hanya mereka memahami makna kerinduan

Siapa pun yang terenggut dari anah airnya Merindukan hari pulang

Seruling lambang jiwa, rumpun bambu menandakan Tuhan, Pencipta kita Kita merindukan-Nya, berharap kembali kepada-Nya, Sumber segalanya.


Dari pengalamannya selama di Pakistan, Kristiane mulai belajar mengenal Islam. Ia menemukan bahwa dalam agama ini, semua manusia dipandang setara kecuali dengan amal perbuatannya.

Dalam perspektif Kristiane, Islam mengajarkan bahwa ada tujuan yang lebih mulia daripada kesenangan duniawi. Hal inilah yang begitu menginspirasi Kristiane.

Di sisi lain, Pakistan juga menjadi pengamatannya. Menurut Kristiane, negeri ini menyimpan banyak pesona dan nilai-nilai kehidupan, walaupun kerap kali diwartakan media-media Barat sebagai negara yang terbelakang.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --  Sepulang dari Pakistan, Kristiane ditugaskan meliput acara MTV Music Awards di Los Angeles, Amerika Serikat. Ia merasakan situasi yang kontras. Suasana panggung itu seluruhnya terasa palsu dan penuh pura-pura.

"Saat itu, saya merindukan kehangatan dan orang-orang yang apa adanya, seperti yang saya temui di Pakistan," kenangnya.

Kristiane mulai menghabiskan waktu liburannya mengunjungi Pakistan. Dalam beberapa kali kesempatan, Kristiane berdiskusi dengan Imran mengenai banyak hal seputar Islam. Melalui buku-buku yang diberikan Imran, ia menemukan sisi lain dari agama tersebut. Semakin dipelajari, Islam justru tampak lebih logis daripada yang ia duga sebelumnya.

Umat Islam menyembah hanya kepada Allah, Tuhan yang Maha Esa. Setiap orang bertanggung jawab atas perbuatan yang dilakukannya, bukan menanggung dosa orang-orang terdahulu. Setiap bayi lahir dalam keadaan suci. Kehidupan dunia hanyalah sementara dan ladang amal kehidupan yang sejati di akhirat kelak.

Belakangan, Kristiane juga menyadari, ada kesinambungan antara ajaran-ajaran Yahudi, Kristen, dan Islam. "Saya merindukan sekali diskusi-diskusi intelek seperti ini. Ada banyak hal yang perlu diketahui. Selama bekerja di MTV, yang dipentingkan hanyalah bersenang-senang dalam pekerjaan, kata Kristiane.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --  Awalnya, Kristiane masih belum mengumumkan keislamannya. Ia hanya sebatas mengakui kekaguman atas ajaran-ajaran Rasulullah SAW itu. Akhirnya, ia ingin merasakan manisnya iman secara keseluruhan.

Pada 1995, ia mengucapkan dua kalimat syahadat. Kristiane pun meninggalkan kariernya di MTV dan hingga kini menetap di London, Inggris.ed: nashih nashrullah

Sebagai perempuan, ia merasa Islam memberikan pandangan yang layak dibanding dengan industri dunia hiburan di Barat. Perempuan bukanlah pajangan yang menghiasi halaman muka majalah mode.

Islam memandang perempuan sebagai sosok yang terhormat. Bahkan, surga diibaratkan berada di bawah telapak kaki perempuan-ibu. Kebebasan itu adalah menyembah hanya kepada Tuhan, bukan kepada uang, popularitas, atau gaya hidup, ujarnya.

Pada 2009, ia menerbitkan buku biografinya berjudul, Dari MTV ke Mekkah di Jerman. Karyanya ini telah diterjemahkan ke berbagai bahasa dunia, seperti Belanda, Turki, Arab, dan Inggris.

Kini, ia terlibat dalam pelbagai kegiatan dialog antarumat beragama, melalui lembaga Global Ambassador for the Exploring Islam Foundation.

 
Berita Terpopuler