Sejarah Hari Ini: Yordania-Palestina Sepakati Perjanjian Damai Perang Saudara

margaridasantoslopes
Raja Hussein dari Yordania (kiri) dan Pemimpin Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) Yasser Arafat.
Rep: Fira Nursya'bani Red: Ani Nursalikah

REPUBLIKA.CO.ID, Raja Hussein dari Yordania dan Pemimpin Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) Yasser Arafat menandatangani perjanjian damai pada 27 September 1970. Kesepakatan gencatan senjata antara keduanya dilakukan setelah perang saudara terjadi di selama 10 hari di Yordania.

Perjanjian ditandatangani pada pertemuan darurat di ibu kota Mesir, Kairo. Dalam perjanjian tersebut dituliskan, gencatan senjata dan penarikan pasukan harus dilakukan di setiap kota di Yordania.

Selain pemimpin Yordania dan Palestina, delapan pemimpin Arab lainnya juga turut menandatanganinya. Mereka diundang ke Mesir oleh Presiden Gamel Abdel Nasser dalam upaya mengakhiri krisis.

Dilansir dari BBC, Pemerintah Yordania dan gerilyawan PLO telah berselisih paham sejak 1967. Saat itu Israel telah menguasai Tepi Barat.

Dari kamp pengungsi Yordania, para gerilyawan menggunakan dana dari negara-negara Arab dan Eropa Timur untuk menyerang Israel dan membunuh Raja Hussein. Raja Hussein mulai memberikan perlawanan kepada mereka pada 17 September 1970.

Beberapa hari kemudian Pasukan Suriah menyerbu dari utara untuk mendukung Palestina. Tapi mereka menarik diri pada 24 September 1970 karena menderita kerugian besar dalam pertempuran dengan Yordania.

Selanjutnya: Franklin Roosevelt Kirim Surat Perdamaian untuk Hitler

Pada 27 September 1938, Presiden Amerika Serikat (AS) Franklin Roosevelt menulis surat kepada Kanselir Jerman Adolf Hitler mengenai ancaman perang di Eropa. Dalam surat tersebut Roosevelt meminta resolusi perdamaian, setelah beberapa hari sebelumnya Jerman mengancam akan menyerang Sudetenland di Ceska.

Sebelumnya, Roosevelt mengatakan kepada Hitler sebaiknya Jerman melakukan negoisasi dengan Ceska jika ingin menguasai sumber daya alam dan industri Sudetenland, daripada harus menyerang. Namun Hitler merasa memiliki hak untuk melakukan itu terhadap Ceska setelah Jerman merasa 'kalah' di Perjanjian Versailes yang mengakhiri Perang Dunia I.

Dalam Perjanjian Versailes, Sudetenland, yang menurut Hitler berada di bawah kekuasaan Jerman, harus menjadi bagian dari negara Ceska. Menyerang Sudetenland bagi Hitler sama dengan mengupayakan untuk mengambil kembali tanah airnya.

Hitler menyakinkan Roosevelt ia juga menghindari adanya perang besar di Eropa. Roosevelt mengaku lega atas pernyataan Hitler tersebut dan menegaskan negoisasi antara Jerman dan Ceska tetap harus dilakukan sampai kata damai berhasil ditemukan.

"Anda harus setuju dengan solusi perdamaian ini. Saya yakin ratusan juta orang di dunia akan menghargai Anda sebagai bagian dari sejarah bagi seluruh umat manusia," ujar Roosevelt, dikutip dari History.

Ia juga mengatakan kepada Hitler, AS akan tetap netral terkait politik Eropa. Namun AS turut bertanggungjawab mengenai masalah Eropa sebagai sesama negara di dunia.

Pada akhirnya, Hitler mengabaikan AS dan tetap menyerang Ceska pada Maret 1939. Invasi itu merupakan upaya pertama Hitler mengendalikan Eropa.

Selanjutnya: Polandia Menyerah di Perang Dunia II













Pada 27 September 1939, 140 ribu pasukan Polandia menjadi tawanan Jerman setelah Polandia menyerah kepada tentara Adolf Hitler. Meski telah berjuang maksimal, kekuatan Polandia di Perang Dunia II hanya bertahan 26 hari.

Di tengah kemenangannya, Jerman memulai program teror sistematis. Jerman melakukan pembunuhan dengan mengeksekusi warga Polandia kelas menengah dan kelas atas, mulai dari dokter, guru, pemuka agama, hingga pengusaha.

Dilansir dari History, Gereja Katolik Roma juga menjadi sasaran Jerman. Dalam satu gereja di Polandia barat, 214 pendeta tewas di tembak.

Tak hanya itu, ratusan warga Polandia diusir dari rumah mereka dan terpaksa pindah ke wilayah timur. Jerman menginginkan Polandia dikosongkan.

Operasi ini merupakan bagian dari rencana utama Hitler. Pada Agustus sebelumnya, Hitler mengatakan kepada pasukannya, ia tengah menyiapkan Polandia untuk mengumpulkan orang-orang Yahudi dan menglikuidasi mereka.

 
Berita Terpopuler