Ramon Magsaysay, Dompet Duafa, dan Bahaya Sirik Kecil

RMAF
The Ramon Magsaysay Award
Red: Muhammad Subarkah

Ramon Magsaysay Untuk Dompet Duafa
(Eri Sudewo, Pendiri Dompet Duafa)

Bada Shubuh saya dapat berita “DD dapat Ramon Magsaysay Award tahun 2016”. Berita merebak. Tak sampai pk 10 saya sudah diwawancara media.

Duuuh bukan lagi senang, rasa bangga nyaris ledakin ubun-ubun. Dalam rangka cari-cari pujian, entah berapa kali berita itu saya tebar kemanapun. Kalau bisa semua orang musti tahu teriakan saya: “Guaaaa heubaaat!”.

Tak sampai lima menit yang diharap tiba. Hanphone saya diserbu pujian dan acungan jempol. Aiiih, nikmatnya dipuja puji. Rasanya hidup makin bergairah.

Tapi uuughhh, tunggu dulu. Hati saya berdegup. Ada satu pesan beda. Alih2 pujian, rasanya malah tertampar-tampar.

“Kena elo, Bro”, nafsu saya menyindir.

“Mas, senang boleh, bangga jangan. Senang dapat sesuatu wajar. Tapi bangga pada diri sendiri, waspadalah. Tahu gak beda antara senang dengan bangga?” Tanyanya di WA.

“Senang itu positif. Asal jangan berlebih2an dengan teriak2 atau pesta pora. Sedang sekecil apapun bangga pada diri sendiri, ujub namanya. Anda kan tahu itu ‘sirik kecil’, Mas”, lirih nurani lagi.

Jleeeb… Menghunjam. Sirik kecil. Iya saya sudah tahu lama. Cuma begitu dipuji-puji, kok jadi lupa. Karena rasa bangga, malah pingin nambah cari-cari pujian.

Di saat merenung, nafsu saya langsung menyergap: “Elo kira elo yang dapet penghargaan”. Bhahaha… Nafsu saya terbahak2.

“Itu buat DD, sebagai lembaga. Bukan untuk pribadi, bukan elo. Tapi kenapa elo yang merasa dapat penghargaan. Elo merasa berjasa ya? Ternyata aseli elo keluar. Sombong juga elo, Bro”, nafsu saya nyolot.

Saya menerawang ke belakang. DD memang dibangun tim, bukan sendiri. Kebetulan saya di awal, musti babat alas. Bukan lantas merasa jadi paling berjasa dan paling heroik. Generasi sekarang juga punya peran. Bagaimana mengatasi kekurangan2 dari warisan saya.

Di era awal, banyak yang bilang saya dzalim. Astagfirullah, saya tercenung. Belajar organisasi memang cuma waktu OSIS dan kampus doang. Manajemen prosesional tak paham. Maunya paksa kehendak. Lumrah banyak teman-teman sesak napas. Mereka terima orang sesontoloyo saya karena apa mau dikata. Mereka masuk pas saya yang jaga gawang DD.

Yang sakit hati jangan tanya. Maksudnya? Buanyaaak lah. Jamil yang sekarang bertambah embel-embel di belakangnya dengan Azzaini bilang: “Saya ibarat hiu dalam kolam kecil. Mengejar ikan-ikan hingga pontang panting”.

Siapa ikan-ikan yang tunggang langgang itu? Siapa lagi jika bukan tim yang bersama-sama di era awal DD lahir. Entah itu kiasan sindiran atau apa. Sambil berharap itu positif, Jamil yang bisa jelaskan maksudnya.

Akal saya menyapa maruf: “Bro, dimanapun anak buah bicara kehebatan lembaga. Manajer bicara kehebatan dirinya. Sedang pemimpin bicara kekurangan dirinya. Dengan koreksi diri, baguslah. Lupakan apa yang sudah diperbuat, ya!”

“Eh, ada yang bisa dilupakan dan ada yang musti diingat-ingat selalu. Apa itu?” Tanya nurani saya.

“Lupakan kebajikan. Ingat-ingat kekeliruan”, jawab akal saya serta merta.

Dialog nurani, akal, dan nafsu saya , menyisakan renungan. Jika tak keliru, Rasulullah SAW berpesan: “Muhasabah sejenak, lebih baik dibanding ibadah sekian lama”. Artinya koreksi diri itu wajib. Agar dalam melangkah tak lagi keliru, tak salah jalan, dan mafhum apa yang dikerjakan.

Menurut kalender, tanggal 30 Agustus’16 nanti, DD terima Ramon Magsaysay. “Elo ingat tanggal itu karena elo pingin yang terima hadiah, ya?” Sindir nafsu saya buyarkan renungan.

Duuuh nafsu saya yang biasa saya pakai buat kuliti orang, sekarang justru sedang kuliti saya. Hmmm… Senjata makan tuan.

“Pemimpin tak boleh memonopoli apapun. Termasuk tampil untuk terima Ramon Magsaysay Award. Berikan yang muda-muda. Itu cara merawat tim,” nurani saya berbisik lembut.

Tanpa sadar saya anggukan kepala. Tetapi nafsu saya tetap meradang. Memanas-manasi agar saya yang tampil untuk terima award itu.

“Kapan lagi, Brooo!” Nafsu saya berteriak. Tetapi akal saya berbisik perkuat nurani: “Hati-hati dengan diri sendiri. Hati-hati dengan nafsumu”.

 
Berita Terpopuler