18 Perempuan Cantik di Pusaran Ketegangan Tiongkok-Korut

myfirstclasslife.com
Kim Jong-un dan kuda peliharaannya
Rep: antara Red: Muhammad Subarkah

Bermula dari Konser Moranbong Band

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA  - Sanksi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk Korea Utara pada Rabu lalu menandai perubahan drastis sikap Tiongkok yang biasanya selalu membela Pyongyang saat negara tersebut mendapat tekanan dari komunitas internasional.

Dalam rapat penentuan sikap Dewan Keamanan terkait uji coba nuklir Korea Utara, Tiongkok menyetujui begitu saja sanksi-sanksi berat untuk tetangganya. Padahal, Beijing biasanya menggunakan hak veto untuk membatalkan apa pun hukuman terhadap negeri yang dipimpin Kim Jong Un tersebut.

Lalu, apa yang membuat Beijing tiba-tiba berubah sikap terhadap sekutunya?

Kabarnya, perubahan sikap Tiongkok itu ada kaitannya dengan kegagalan konser grup musik pop asal Korea Utara bernama Moranbong Band, yang beranggotakan 18 perempuan cantik, di Beijing pada pertengahan Desember tahun lalu.

Sebelum insiden gagalnya konser Moranbong, hubungan antara Korea Utara dan Tiongkok memang sudah merenggang sejak 2013 lalu, saat Kim Jong Un memutuskan untuk melakukan uji coba nuklir ketiga.

Uji coba tersebut membuat posisi Beijing berada pada posisi yang serba salah. Di satu sisi, tindakan Korea Utara berpotensi memicu konflik di semenanjung Korea yang berpotensi meluas sampai ke Tiongkok mengingat lokasi keduanya yang berdekatan.

Namun di sisi lain, Tiongkok juga tidak dapat berpihak pada tuntutan internasional untuk memberi sanksi berat kepada Korea Utara. Beijing saat itu mengkhawatirkan reaksi keras dari Kim, pemimpin muda yang baru dua tahun menjabat sebagai pengganti ayahnya. Reaksi Kim juga berpotensi mengganggu stabilitas kawasan.

"Tiongkok marah atas perilaku Korea Utara akibat uji coba nuklir ketiga itu dan akhirnya mengurangi bantuan ekonomi mereka kepada Pyongyang," kata mantan duta besar Inggris untuk Korea Utara, John Edward, kepada Radio BBC pada Januari lalu.

Meski marah, Tiongkok pada saat itu --tepatnya pada Maret 2013-- hanya menyepati sanksi ringan untuk Korea Utara di Dewan Keamanan PBB. Sanksi itu berupa pembekuan aset institusi finansial, pembatasan perjalanan bagi sejumlah tokoh, dan pembatasan impor barang mewah.

Menariknya, meskipun Tiongkok mendukung sanksi Dewan Keamanan PBB pada 2013, The Forbes mencatat bahwa hubungan dagang antara keduanya justru meningkat pada tingkat tertinggi dibanding tahun-tahun sebelumnya sampai angka 10 persen pada tahun yang sama. Itu artinya hubungan keduanya masih baik meski merenggang.

Situasi terus membaik sampai Oktober tahun lalu. Saat itu, untuk pertama kalinya Tiongkok mengirim anggota Komite Politbiro Partai Komunis Tiongkok untuk mengunjungi Korea Utara sejak Kim Jong Un memegang tampuk kepemimpinan tahun 2011 lalu.

Kim kemudian membalas niat baik kunjungan tersebut dengan mengirim grup musik Moranbong Band pada tanggal 10 Desember untuk bernyanyi di hadapan petinggi Partai Komunis Tiongkok. Persis pada saat itulah hubungan mesra kedua negara berubah.

Moranbong adalah kelompok musik yang dibentuk langsung oleh Kim Jong Um pada 2012 dengan mengadopsi gaya Barat. Seluruh anggota grup tersebut juga dipilih langsung oleh sang pemimpin tertinggi.
Menurut Adam Cathcart dalam jurnal The Korean Studies edisi 2014, Moranbong dibentuk dengan tujuan untuk menciptakan konsensus dan kepatuhan kelompok muda di Korea Utara.

Pembentukan grup musik itu juga menandai perubahan gaya Kim yang cenderung brutal pada masa kepemimpinan menuju strategi kooptasi budaya.

Konser yang sedianya akan dilakukan pada 12 Desember 2015 di Beijing itu merupakan kesempatan pertama Moranbong unjuk kemampuan di luar negeri. Namun prestasi tersebut malah justru berubah menjadi malapetaka.
Tepat bersamaan dengan kedatangan Moranbong di Beijing pada 10 Desember, kantor berita milik pemerintah Korea Utara, KCNA, melaporkan bahwa negara tersebut untuk pertama kalinya berhasil mengembangkan bom hidrogen.



Beijing pun berang. Menurut laporan The Guardian, pejabat-pejabat tinggi Tiongkok membatalkan rencana untuk menghadiri konser Moranbong dan malah mengirim pejabat dengan level yang lebih rendah.
Menanggapi berita tersebut, Kim juga tak-kalah gusar. Dia secara sepihak menginstruksikan agar Moranbong langsung
pulang ke negerinya dan membatalkan konser di Beijing hanya tiga jam sebelum dimulai. Moranbong pulang dengan tangan hampa.

Kim nampaknya masih menyimpan dendam karena dua pekan kemudian pada awal Januari, negaranya menggelar uji coba nuklir yang keempat. Ini merupakan peristiwa yang signifikan karena untuk pertama kalinya, Korea Utara tidak memberi tahu Beijing terlebih dahulu sebelum menggelar uji coba tersebut.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok Hua Chunying pada saat itu juga menegaskan bahwa pihaknya tidak diberi tahu terlebih dahulu mengenai rencana tersebut.

"Posisi Tiongkok dalam hal ini sudah jelas, yaitu bahwa semenanjung Korea harus bersih dari nuklir. Kami juga mendesak DPRK (nama resmi Korea Utara) untuk menghormati komitmen mereka untuk denuklirisasi dan menahan diri dari setiap tindakan yang memperparah situasi," kata Hua.

Kali ini, Tiongkok tidak menahan diri. Dua bulan setelah uji coba nuklir dan satu bulan setelah uji coba rudal Korea Utara, Beijing menyetujui sanksi-sanksi berat untuk negara tersebut.

Berbeda dari sanksi 2013 yang terhitung ringan, kali ini semua pesawat dan kapal kargo menuju Korea utara harus diperiksa untuk mencegah masuknya suku cadang bahan pembuat bom nuklir. Hal yang paling signifikan adalah larangan ekspor komoditas alam dari Pyongyang.

Larangan ekspor ini merupakan hal penting karena mencakup batu bara. Menurut catatan The Forbes, komoditas tersebut pada umumnya dijual dengan harga murah kepada Tiongkok yang juga memerlukannya untuk memenuhi kebutuhan energi dalam negeri.

Lebih dari itu, seperlima dari seluruh hubungan dagang antara Tiongkok dengan Korea Utara melibatkan batu bara dengan nilai sekitar satu milyar dolar AS.

Tiongkok nampaknya sudah lepas tangan terhadap sekutu lamanya.

 
Berita Terpopuler