Australia Utara Tolak Pembangunan Pangkalan Militer AS

abc
Pesawat C-5 Super Galaxy milik Angkatan Udara AS di Pangkalan militer Australia di Darwin.
Red: Ani Nursalikah

REPUBLIKA.CO.ID, AUSTRALIA UTARA -- Kepala Menteri di wilayah Utara Australia, Adam Giles mengatakan ia tak mendukung adanya pangkalan militer Amerika Serikat (AS) di wilayahnya, setelah sebuah laporan asal AS menyorot pentingnya Australia utara untuk strategi Amerika di Asia.

Laporan yang dibuat oleh Pentagon itu mengidentifikasi Australia utara sebagai tempat perlindungan bagi pasukan Amerika jika konflik militer di Asia terjadi.

"Untuk membantu Amerika Serikat beroperasi secara efektif dalam kondisi krisis, Canberra harus bekerja sama dengan Washington untuk memperluas kapasitas pangkalan Australia utara, termasuk basis jaringan," sebut laporan itu.

Laporan yang berjudul Asia-Pacific Rebalance 2025, Capabilities, Presence dan Partnership ini disiapkan oleh Pusat Studi Strategis dan Internasional di Washington.

Menteri Adam mendukung penguatan hubungan dengan AS dan sekutu lainnya, tetapi ia mengatakan hal itu harus terjadi di pangkalan Australia.

"Saya pikir semua pangkalan di Australia haruslah pangkalan Australia dan kami punya beberapa pangkalan fantastis dan besar di Wilayah Utara Australia saat ini dan di seluruh Australia utara," jelasnya.

Ia menerangkan, "Kami ingin teman-teman yang baik, kami ingin sekutu yang baik, bekerja sama dalam kemitraan dengan basis pangkalan Australia, bukan pangkalan asing, memastikan bahwa kami mempertahankan keamanan global."

Laporan itu juga menyebut, Australia utara akan menyediakan perlindungan bagi pasukan Amerika jika terjadi konflik militer di Asia dan menekankan pentingnya pelatihan rotasi pasukan AS di Australia, seperti para Marinir di wilayah utara.

"Meskipun memiliki 2.500 Marinir tak mungkin menjadi kekuatan yang menentukan melawan musuh yang dijaga ketat dan canggih, hal itu menyediakan kemampuan yang signifikan yang secara independen bisa menyebarkan dan beroperasi dalam berbagai kondisi," tulis laporan itu.

"Pasukan Korps Marinir AS di Darwin bisa mempersiapkan dan menjaga area pantai, pelabuhan dan lapangan udara di wilayah ini, untuk menerima kekuatan lanjutan yang lebih besar," sambung laporan tersebut.

Menteri Adam mengatakan, ia menginginkan lebih banyak Marinir AS datang ke Australia dan bahwa rotasi mereka telah mundur dari jadwal,.

"Saya pikir, jadwalnya sudah terlewat tapi saya ingin melihat agendanya dipercepat sehingga kami terus membangun kemitraan keamanan dan kemitraan sosial antara Marinir AS, pasukan Pertahanan Australia, khususnya warga di Wilayah Utara Australia sehingga kami bisa mempertahankan keamanan di kawasan ini,” utaranya.

Ia menambahkan, "Saya akan mendukung gagasan adanya lebih banyak Marinir, tapi saya juga akan mendukung gagasan tentang kemitraan lebih luas dengan negara-negara lain, terutama Singapura, Jepang, Filipina.”

Hubungan Australia dengan Cina yang berkonflik dari berbagai sektor, dibahas dalam laporan itu. Laporan ini berfokus pada sejumlah bisnis dan koneksi politik ke Cina, termasuk sewa 99 tahun atas pelabuhan Darwin ke perusahaan Cina Landbridge.

"Diskusi tentang penyewaan 80 persen dari Pelabuhan Darwin kepada sebuah perusahaan Cina telah menyoroti ketegangan yang ada dalam aliansi keamanan dengan Amerika Serikat dan meningkatnya hubungan ekonomi dengan Cina," ungkap Menteri Adam.

Laporan ini memperingatkan perlunya mengakui kekuatan Cina yang berkembang di kawasan dan ancaman yang diciptakan bagi bagi sekutu AS.

"Kemampuan Cina membuat sekutu AS di kawasan menjadi target bukannya mitra, memperumit perhitungan bagi pemerintah tuan rumah dan selanjutnya memperlambat siklus keputusan AS dalam sebuah konflik," jelas sang Menteri.

"Cina memiliki kemampuan yang kredibel, bahkan jika belum terbukti secara fundamental, untuk menonaktifkan atau menghancurkan kapal AS -dengan implikasi yang tak terhitung untuk prestise AS secara global," imbuhnya.

Meski demikian, Adam Giles yakin bahwa hal yang tepat bagi Wilayah Utara Australia untuk memperkuat hubungan dengan Cina.

"Saya bukan salah satu dari orang-orang yang suka menendang Cina, saya berpikir bahwa kita memiliki kesempatan untuk bekerja sama dengan Cina," akunya.

Ia mengungkapkan, "Saya memahami implikasi keamanan dari sudut pandang dunia, dari sudut pandang nasional, tetapi dalam kawasan kami, menjaga keamanan di dalam Asia Tenggara itu sangat penting.”

"Ya, AS adalah sekutu kita yang paling penting dan kami bekerja dalam kemitraan dengan mereka tapi saya pikir kesempatan untuk memperluas kesempatan pelatihan, khususnya untuk tetangga kami di utara, benar-benar penting," ujarnya.

 
Berita Terpopuler