Tak Mau Berdoa, Korban Pesawat Trigana Janji Segera Kemballi

Chanry Andrew Suripatty/Antara
Pesawat Trigana Air Service Jenis Twin Otter dengan nomor registrasi PK-YRF sebelum lepas landas dari Bandara Wamena, Jayawijaya, beberapa waktu lalu. Pesawat tersebut tertembak orang tidak dikenal di Bandara Mulia, Papua pada Ahad (8/4).
Rep: Umi Nur Fadhilah Red: Ilham

REPUBLIKA.CO.ID, PADANG -- Dua warga Sumatra Barat (Sumbar) menjadi korjan jatuhnya pesawat Trigana dengan nomor penerbangan IL-267 rute Jayapura - Oksibil pada Ahad (16/8).

Kedua korban tersebut bernama Airmaita (37) dan Epi Ardi (33). Armaita, merupakan warga Calau, Puluik-Puluik Selatan, Kecamatan IV Nagari Bayang Utara, Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatra Barat.

Anak kandung Armaita, Marti Safitri (20) mengatakan, sikap ibunya terlihat aneh satu pekan sebelum berangkat ke Oksibil. Ternyata, lanjut Marti, ibunya justru pulang dengan kondisi tak bernyawa. "Ibu tak mau berdoa sebelum berangkat. Ia bilang akan ​balik lagi ke kampung dalam waktu dekat," katanya, kemarin.

Dia menjelaskan, ibunya berencana menyusul suaminya, Mulyadi yang bekerja di Oksibil, Papua. Ibunya berangkat dari kampunya pada 10 Agustus, lalu. Namun, Armaita baru memperoleh jadwal penerbangan dari Jayapura menuju Oksibil pada 16 Agustus.

“Ibu harus menunggu pesawat selama sepekan untuk menuju Oksibil, makanya baru berangkat dari Jayapura 16 Agustus,” kata dia, Selasa (18/8).

Marti mengatakan, terakhir kali berhubungan melalui pesawat telepon dengan ibunya pada 14 Agustus. Dikatakannya, sang ibu berpesan agar anak-anak dapat menjaga diri di kampung.

Selain itu, ujar Marti, sejumlah keluarga Armaiti juga mendapatkan firasat buruk sebelum kepergian ibunya ke Papua. Keluarga besar melarang Marti berangkat ke Papua. Sebab, sang ayah sudah berada di Oksibil untuk mengikuti perkembangan insiden jatuhnya pesawat Trigana Air dengan nomor penerbangan IL 257 rute Jayapura-Oksibil.​

 
Berita Terpopuler