Penentuan Awal Bulan Hijriyah, PR Klasik Buat Umat Islam Indonesia

Petugas melakukan rukyatul hilal (mencari posisi hilal) untuk menentukan 1 Syawal 1433 H, di Pantai Ambat, Tlanakan, Pamekasan, Jatim, Sabtu (18/8). (Saiful Bahri/Antara)
Rep: c 71 Red: Indah Wulandari

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Nahdlatul Ulama (NU) meminta masalah penetapan awal bulan Hijriyah harus segera dituntaskan bersama dalam sidang itsbat bersama ormas Islam serta Kementerian Agama.

“Umat Islam Indonesia saat ini memiliki pekerjaan rumah untuk menyelesaikan isu ini (penyeragaman penentuan awal bulan Hijriyah),” ujar Ketua Lajnah Falakiyah NU, KH Ghazali Masruri, Rabu (6/5).

Ia menyebutkan, hal tersebut harus serius dicari solusinya. Terlebih lagi komunitas-komunitas di daerah yang menggunakan cara-cara tradisional dalam menentukan awal bulan Hijriyah juga perlu dibina.

Ia menyatakan, hal itu bisa terbantu jika ormas Islam besar bisa bersatu.

"Tentu persatuannya dengan mengacu pada Alquran, hadis, dan sains," ujar Ghazali.

Ghazali sendiri menyatakan pihaknya akan tetap menunggu hasil rukyat untuk menentukan awal Ramadhan nanti.

Sampai hari ini, berdasarkan kesepakatan dalam musyawarah internal, NU menunggu memakai parameter rukyatul hilal. Yakni, dengan melihat ketinggian hilal berada di atas 2 derajat, umur bulan dalam delapan jam, dan jarak antara matahari dan bulan 3 derajat.

 
Berita Terpopuler