Ahad 29 Mar 2015 05:35 WIB

Abuya Muhibuddin Waly, Guru Tarekat Naqsyabandiyah Tanah Rencong (1)

Rep: Amri Amrullah/ Red: Indah Wulandari
Abuya Muhibuddin Waly,
Foto: kemenag
Abuya Muhibuddin Waly,

REPUBLIKA.CO.ID,Aceh memiliki segudang ulama kharismatik sejak dahulu hingga kini. Para ulama tersebut bukan hanya memiliki tempat di hati masyarakat Aceh, namun juga sebagai panutan umat dalam berbagai hal.

Salah satu ulama yang terkenal menjadi suritauladan masyarakat Aceh, adalah sosok Abuya Prof. Tengku H. Muhibbudin Waly Al Khalidy atau lebih akrab dikenal dengan Abuya Muhibbudin Waly.

Abuya Muhibbuddin Waly merupakan ulama besar di Tanah Rencong, yang juga merupakan guru besar Tarekat Naqsyabandiyah. Ia juga pemimpin Pondok Pesantren Darussalam, Labuhan Haji.

Dilahirkan di Aceh, 17 Desember 1936, Abuya Muhibbuddin Waly merupakan putra tertua dari ulama terkemuka di kalangan Tarekat Naqsyabandiyah, Syaikh Haji Muhammad Waly Al-Khalidy dan Ibu Hajjah Rasimah. Sang Ayah merupakan ulama besar yang berasal dari Minangkabau.

Dari sang ayahanda yang keturunan Minang, dan mendapatkan julukan Syekh Mudo Waly, dalam diri Abuya Muhibbuddin mengalir darah ulama besar. Paman Syekh Mudo Waly, adalah Datuk Pelumat, seorang ulama yang termasyhur di Minangkabau.

Dari sinilah sang ayah, Syekh Mudo Waly mewarisi kharisma dan karomahnya. Sedangkan Syekh Mudo Waly adalah sahabat Syekh Yasin Al-Fadany (asal Padang) saat mereka berguru kepada Sayid Ali Al Maliky, kakek Sayid Muhammad bin Alawy bin Ali Al-Makky Al Maliky Al-Hasany, di Mekah.

Karena persahabatan itu pula, Al Maliky mengijazahkan seluruh tarekat yang dimilikinya kepada Abuya. Abuya Muhibbuddin belajar Tarekat Naqsyabandiyah kepada ayahandanya. Sejak kecil pun, ia mendapatkan pendidikan dari sang ayah sepenuhnya.

Namun, dari pendidikan agama tersebutlah Abuya Muhibbuddin berhasil mengambil gelar doktor di Fakultas Syariah Universitas Al-Azhar, Kairo, dengan disertasi tentang Pengantar Ilmu Hukum Islam.

Lulus 1971, waktu kuliahnya terbilang singkat. Di Al-Azhar, teman satu angkatannya antara lain mantan Presiden RI KH Abdurrahman Wahid alias Gus Dur.

Setelah dianggap cukup, belakangan, sang ayah Syekh Mudo Waly menyerahkan pengangkatan anaknya menjadi mursyid kepada gurunya, Syekh Abdul Ghani Al-Kampary. Abuya mendapatkan gelar Professor dari Universitas Ilmu Al-Qur’an di Jakarta Ia juga menjadi guru besar (Professor) Pensyarah kuliyyah of Laws di Universitas Islam Antar Bangsa (International Islamic University) di Malaysia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement