Kamis 11 Jan 2018 18:40 WIB

Digitalisasi Pertanian Ala Pemkab Indramayu dan Telkom

Panen padi. Ilustrasi
Foto: .
Panen padi. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, INDRAMAYU --  Menteri Badan Usaha Milik Negara Rini Soemarno meresmikan Kecamatan Sliyeg, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, sebagai proyek percontohan Layanan Kewirausahaan Petani dan Digitalisasi Sistem Pertanian melalui sinergi sejumlah perusahaan BUMN. Dalam kunjungan kerjanya di Kecamatan Sliyeg,  Rini mengatakan, program Layanan Kewirausahaan Petani ini akan diterapkan di sebelas wilayah di Jawa Barat, antara lain Indramayu, Karawang, Majalengka, Ciamis, dan Cianjur.

"Presiden memang meminta kami BUMN untuk mendorong kewirausahaan para petani. Total ada sebelas titik yang kami targetkan di Jawa Barat ini. Pilot project pertama di Indramayu, Kecamatan Sliyeg," kata Rini, Kamis (11/1).

Rini menjelaskan program layanan kewirausahaan petani dan digitalisasi sistem pertanian diharapkan dapat mengatasi berbagai masalah yang dihadapi petani, seperti usaha skala kecil, daya tawar petani lemah, serta insentif perani yang tidak tepat, tidak berkelanjutan dan tidak cukup. Penerapan digitalisasi sistem pertanian yang telah diluncurkan sejak Maret 2017 ini diharapkan dapat meningkatkan produktivitas petani.

Digitalisasi sistem pertanian oleh kelompok tani (poktan) diinisiasi oleh PT Telkom bekerja sama dengan Pemerintah Daerah melalui empat siklus tahap yaitu Pratanam dengan penerapan asuransi usaha tani dan kredit usaha rakyat yang merupakan wujud sinergi PT Jasindo, PT Askrindo dan Himpunan Bank Negara (Himbara).

Sementara itu, tahap Tanam dengan penyediaan benih, distribusi pupuk, dan pendampingan merupakan wujud sinergi PT Pupuk Indonesia, PT Pertani, PT SHS, dan PT PNM; tahap Panen dengan penyimpanan hasil panen dan resi gudang dari PT Pegadaian; serta tahap Pasca Panen dimana pada tahapan ini dilakukan penjualan dan distribusi hasil tani yang merupakan wujud sinergi Perum Bulog dan PT Pupuk Indonesia Pangan.

Di program kewirausahaan petani Indramayu, Menteri BUMN juga meresmikan Mitra Bumdes Bersama (MBB Sliyeg) yang bekerja sama dengan 14 desa di Kabupaten Indramayu.  Keempat belas desa tersebut memiliki lebih dari 60 ribu jiwa dengan luas lahan sebesar 4.000 ha dan hasil produksi padi sebanyak 45 ribu ton per tahun.

MBB Sliyeg membawahi 14 Bumdes (setiap kecamatan) dengan 14 gabungan kelompok tani (gapoktan) yang terdiri atas 127 poktan dan 7 ribu petani. MBB ini menjadi korporasi yang dikelola secara ringkas dan menguntungkan dengan menyediakan layanan yang bertujuan mendukung kemajuan dan kemakmuran petani.

Jenis layanan MBB antara lain pembiayaan kredit usaha rakyat (KUR) atau non KUR, penyaluran pupuk, dan sebagai pasar produk hortikultura dengan pelanggan utama petani dan BUMDes.

Bupati Indramayu, Anna Sopanah, mengatakan selama ini petani, khususnya di Kecamatan Sliyeg mengalami kesulitan yakni harga gabah yang dijual saat musim panen tidak terlalu menguntungkan.

Ada pun produksi gabah di Kabupaten Indramayu pada 2017 sebesar 1,8 juta ton, sedangkan konsumsi hanya berkisar 250 ribu ton. Bulog hanya mampu menyerap 200 ribu ton sehingga masih tersisa lebih dari 1 juta ton gabah yang belum terserap.

"Sistem digitalisasi pertanian yang dicanangkan sejak Maret 2017 ini menjadikan Indramayu sebagai kabupaten di Indonesia yang memiliki data pertanian matang. Kami berharap bisa mendorong petani untuk memaksimalkan sistem dan mempemudah bisnis yang berkaitan dengan petani dan pertanian," kata Anna.

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement