Rabu 23 Aug 2017 21:11 WIB

Indonesia Kekurangan SDM Big Data

Rep: Arie Lukihardianti/ Red: Agus Yulianto
Direktur Business Data Center & Managed Services Telkomsigma, Andreuw Th.A.F pada event Data Center Dynamics 2017 (Ilustrasi)
Foto: istimewa
Direktur Business Data Center & Managed Services Telkomsigma, Andreuw Th.A.F pada event Data Center Dynamics 2017 (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Indonesia masih kekurangan sumber daya manusia (SDM) di bidang big data (data scientist/ilmuwan data). Padahal, menurut Head of Research and Big Data PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk (Telkom), Komang Budi Aryasa, ke depan kebutuhan ilmuwan data akan semakin besar.

"Kebutuhan meningkat, seiring dengan semakin banyaknya perusahaan yang menggunakan analisis big data untuk mengambil keputusan bisnis," ujar Komang pada Seminar Ekonomi Digital di El Royale Hotel, Rabu (23/8).

Menurut Komang, ke depan perusahaan akan mengarah pada data oriented decision making. Sebelum ada big data, pengambilan keputusan perusahaan dilakukan dengan menggunakan intuisi pimpinan. "Sekarang, keputusan diambil dengan menggunakan data yang melimpah," katanya.

Persoalannya,  data yang melimpah tersebut tidak bisa digunakan secara mentah. Data harus diolah terlebih dahulu oleh seorang ilmuwan data agar bisa digunakan untuk mengambil keputusan. "Namun di Indonesia, SDM yang memiliki kompetensi di bidang ini masih jarang," katanya.

Kondisi ini terjadi, kata dia, selain belum ada jurusan di perguruan tinggi yang mendalami bidang ini, big data analytic sendiri merupakan hal baru di Indonesia, baru dikenal sekitar tiga tahun terakhir.

Sebagai solusi persoalan tersebut, Komang sudah menyarankan agar Perguruan Tinggi di Indonesia membuat Fakultas Bisnis Analytics dengan kurikulum yang sesuai kebutuhan dunia usaha. Telkom, juga terus mendorong terbentuknya komunitas data science Indonesia.

Kepala Telkom Regional Jawa Barat (Jabar) yang juga Ketua Alumni Institut Teknologi Surabaya (ITS) Ketut Budi Utama mengatakan, ke depan kebutuhan big data dan analisisnya akan semakin besar. Big data, sangat dibutuhkan perusahaan, salah satunya untuk memprediksi perilaku pelanggan.

Masih minimnya pasokan ilmuwan data di Indonesia juga pernah dilontarkan Chief Lembaga Riset Telematika Sharing Vision, Dimitri Mahayana. Padahal, menurut dia, penggunaan big data di Indonesia akan booming dalam dua sampai tiga tahun ke depan.

Berdasarkan survei Sharing Vision di Indonesia pada 2016, 74 persen dari 35 orang responden mengaku berpotensi mengadopsi big data. Tidak ada satu pun responden yang meragukan potensi keberhasilan big data dalam menunjang pengambilan keputusan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement