Selasa 09 Feb 2016 10:47 WIB

Pengalaman Wartawan AS yang Gagal Wawancara DN Aidit

Dipa Nusantara Aidit
Foto:
Pekerja menggarap proyek pembangunan apartemen Regatta, Pantai Mutiara, Pluit, Jakarta Utara, Kamis (7/1).

Bagi pendatang yang makin sarat jumlahnya, hidup di Jakarta sulit. Angka bunuh diri terus bertambah dari tahun ke tahun.

Pada saat sekarang pun, ketika bangunan fisik tidak pernah henti dan lahan-lahan hijau dijadikan permukiman, arus majelis taklim dan tabligh akbar tetap mengalir di permukiman orang Betawi. Dari masjid dan mushala, setiap waktu shalat, akan terdengar azan yang kumandangnya terdengar sampai ke gedung-gedung bertingkat.

Semangat keagamaan inilah yang membuat warga Jakarta bisa bertahan hidup di tengah-tengah kota megapolitan. Kalau ada yang mengatakan kehidupan di Jakarta keras, bagi orang Betawi lebih dirasakan lagi.

Mereka adalah orang-orang yang tergusur dari kampung dan tanah kelahirannya. Hingga sulit mencari orang Betawi yang tinggal di tengah-tengah kota.

Lebih menyedihkan lagi, tanah yang kena gusur lebih kerap dinilai dengan harga yang kurang wajar. Karena itu, tulis Ridwan Saidi, kalau bukan orang Betawi yang menerima gempuran semacam itu, tidak akan tahan. Dan, kehidupan yang keras itulah yang melahirkan sifat-sifat humoris.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement