Senin 07 Dec 2015 07:00 WIB

Terminal Oplet di Taman Fatahillah

Terminal Oplet di Taman Fatahillah
Foto: Dinas Museum Sejarah Jakarta
Terminal Oplet di Taman Fatahillah

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Alwi Shahab

Gedung Balai Kota (Stadhuis) Batavia yang kini menjadi Museum Sejarah DKI Jakarta, di Jalan Fatahillah No 1, di halaman mukanya pernah menjadi terminal angkutan kota Jakarta. Gubernur DKI Jakarta, Ali Sadikin (1966-1967) yang ingin menjadikan gedung megah yang dibangun pada 1710 sebagai museum, telah memindahkannya ke Kota Inten (Jalan Kalibesar), Jakarta Barat. Bang Ali berjasa dalam revitalisasi gedung-gedung bersejarah.

Di gedung yang dibangun pada masa Gubernur Jenderal Abraham van Riebeeack (1653-1713), kini menjadi salah satu kegiatan yang paling banyak dikunjungi masyarakat, khususnya para sejarawan penggemar gedung-gedung tua. Abraham van Riebeeack adalah putra Jan van Riebeeack pendiri Kota Cape Town di Afrika Selatan, yang kala itu menjadi jajahan Belanda.

Gedung tua yang dikagumi Ratu Elizabeth dari Inggris dan Ratu Juliana dari Nederland, pernah ditempati perwakilan Pemda Jawa Barat. Ketika Raffles dari Inggris menyerahkan kembali kekuasaan di Pulau Jawa, penandatanganan dilakukan di gedung ini.

Oplet yang parkir dan mengisi muatan di Taman Fatahillah ini berasal dari mobil Morris buatan Inggris, yang kemudian dijadikan sebagai angkutan umum. Sampai periode 1980-an, masih dipakai di daerah-daerah pinggiran Jakarta.

Kini oplet sudah menghilang dari Ibu Kota. Di belakangnya, tampak dua bus kota yang pada awal 1970-an banyak didatangkan dari Eropa Timur.

Pada abad ke-18, kereta pos juga mulai perjalanan dari halaman gedung museum. Demikian pula, saat trem kuda (tramway) mulai beroperasi di Batavia (1869), salah satu haltenya di depan Balai Kota. Trem kuda yang pernah menjadi sarana angkutan di Jakarta, ditarik tiga atau empat ekor kuda yang berjalan di atas rel.

Trem kuda mengangkut 40 orang terdiri atas dua gerbong dengan bayaran 10 sen setiap penumpang. Setelah trem kuda kemudian digantikan trem uap dan terakhir trem listrik.

Di sebelah kiri halaman muka Museum Sejarah DKI Jakarta, dulu terdapat tiang gantungan. Salah satu turis asing pada akhir abad ke-19 saat berkunjung ke Batavia menonton pelaksanaan hukuman gantung di depan Museum Sejarah DKI.

Dia menceritakan, pada pukul 07.00, seorang Cina bernama Tjoe Boen Tjiang akan melaksanakan hukuman mati karena terbukti melakukan perampokan dan membunuh korbannya. Pada saat eksekusi, para pejabat pengadilan, asisten residen, jaksa, hakim, kontralir, dan pejabat lain berdiri menyaksikan dengan wajah serius. Sementara di lapangan, dipenuhi para penonton yang rupanya ingin menyaksikan adegan yang mengerikan ini sebagai hiburan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement