Sabtu 28 Oct 2017 09:03 WIB
Sumpah Pemuda

Menunggu Dokumentasi Kongres Pemuda Kedua dari Belanda

Diorama dan barang bersejarah di Museum Sumpah Pemuda, Jalan Kramat Raya 106, Kwitang, Senen, Jakarta Pusat.
Foto:
Diorama dan barang bersejarah di Museum Sumpah Pemuda, Jalan Kramat Raya 106, Kwitang, Senen, Jakarta Pusat.

Pada rapat itu juga, sempat mengalami gangguan. Ada ancaman dan larangan menutup pertemuan itu dari Adjunct Hoofdcommisaris can Politie can der Vlugt. Itu terjadi karena dalam rapat itu terrdapat kata-kata "Indonesia Merdeka".

Mendapat larangan dan ancaman itu, sang Ketua Kongres, Soegondo Djojopoespito dari PPPI tetap tenang. Ia tersenyum dan mengarahkan telunjuknya ke atas seraya berkata, "Verboden (dilarang), tetapi kita sama-sama tahu."

Para peserta yang hadir pun langsung riuh, riang, dan gembira. Terkadang pula dengan nada mengolok-olok petugas PID (Politiek Inlictingen Dienst/dinas informasi politik) (Huriyati, 2017:27).

"Karena ramainya orang di sana, Belanda was-was. Kalau sampai hasil kongres ini tersebar ke masyarakat luas, pemerintah Belanda bisa kehilangan Hindia Belanda, negara jajahannya," terang Bhakti.

Karena itulah, menurut Bhakti, apa yang dihasilkan oleh para pemuda di kongres tersebut jangan sampai tersebar luas. Sehingga, begitu Kongres Pemuda ke-2 itu selesai, dokumen-dokumen diambil semuanya. Termasuk foto-foto wartawan.

"Datang juga media saat itu dari Keng-Po, Sin-Po, dan media lainnya. Termasuk tulisannya WR Soepratman. Waktu itu dia hadir mewakili wartawan yang pada akhirnya diijinkan memperdengarkan lagu Indonesia Raya," ujar pria yang sudah bertugas di Museum Sumpah Pemuda sejak delapan tahun lalu itu.

Pada saat itu, kata Bhakti, pemuda-pemuda yang mengikuti kongres sudah teriak-teriak kata "merdeka". Karena itu pula Belanda was-was dan menyita dokumen-dokumen yang ada. Dia menjelaskan, saat itu, ada 30 orang dari PID yang hadir.

"Bersenjata komplet semua. Mereka memutuskan untuk mengambil (dokumen) dan pemuda-pemuda yang ada jadi tidak bisa mencegah karena dihadang pakai senjata juga," terang dia.

Dia menuturkan, karena hal itulah sampai sekarang ini dokumentasi mengenai Kongres Pemuda ke-2 itu sedikit sekali. Kemungkinan besar, kata dia, semua yang disita itu saat ini ada di Belanda.

"Makanya kami sedang mencoba agar dokumennya bisa pulang lagi ke sini. Sudah kita kirim surat ke kedutaan. Ada di sana dan mereka sedang mencari dan kemungkinan besar ada," ujarnya.

Ia bisa berkata seperti itu karena Belanda merupakan salah satu negara di Eropa yang terkenal baik dalam merawat dokumen. Menurutnya, dokumen-dokumen itu begitu penting. Bhakti sudah sejak lama ingin mengetahui foto dokumentasi ketika Kongres Pemuda ke-2 itu dilakukan.

"Saya sudah delapan tahun ingin melihat waktu kongres itu bagaimana sih foto-fotonya. Cuma itu saja yang ada, yang pas berkumpul di lapangan sini cuma satu," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement