Sabtu 29 Apr 2017 10:13 WIB

Sepak Terjang Tuan Guru Mencerdaskan Bangsa Lewat Nahdlatul Wathan

Gubernur Nusa Tenggara Barat Muhammad Zainul Majdi
Foto: Dokumentasi Nahdlatul Wathan
TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Madjid sedang meimpin pengajian

Dari arti nama Nahdlatul Wathan, yakni kebangkitan bangsa, sang kakek sudah berpikir jauh ke depan melampaui zamannya. Organisasi massa keagamaan yang didirikannya didedikasikan bukan hanya untuk umat Islam semata, melainkan juga demi kebangkitan bangsanya. Bangsa yang baru merdeka saat itu dari penjajahan kolonial Belanda dan Jepang.

Nahdlatul Wathan merupakan organisasi kader yang memiliki badan-badan otonom sebagai wahana pengaderan. Mereka memiliki Muslimat Nahdlatul Wathan (Muslimat NW), Pemuda Nahdlatul Wathan (Pemuda NW), Ikatan Pelajar Nahdlatul Wathan (IPNW), Himpunan Mahasiswa Nahdlatul Wathan (Himmah NW), Persatuan Guru Nahdlatul Wathan (PGNW), Jam’iyatul Qura’ wal Huffazh Nahdlatul Wathan, Ikatan Sarjana Nahdlatul Wathan (ISNW), Ikatan Putri Nahdlatul Wathan (Nahdliyat NW), serta Badan Pengkajian Penerangan dan Pengembangan Masyarakat Nahdlatul Wathan (BP3M).

Organisasi NW memiliki jargon yang fundamental. Membangkitkan semangat perjuangan Islam dan kebangsaan. Jargon ini sebagai refleksi dari esensi perjuangan kedua madrasah induk, yakni madrasah NWDI dan NBDI, di Pesantren al-Mujahidin. Jargon ini tersimpul dalam kalimat “Pokoknya NW, Pokok NW Iman dan Taqwa”.

Secara historis, munculnya jargon ini merupakan perpaduan gagasan antara HLG Wiresentane (Ketua Umum PBNW periode 1986–1991) yang menghendaki agar warga NW tetap mempertahankan  eksistensi NW dan gagasan Tuan Guru Kiai Haji Muhammad Zainuddin Abdul Madjid.

Mereka menegaskan, pokok perjuangan NW adalah memperjuangkan nilai-nilai keimanan dan ketakwaan. Lahirlah pernyataan “Pokoknya NW” dan “Pokok NW Iman dan Taqwa”.

Titik tekan perjuangan organisasi NW pada kerja-kerja kultural, yakni dalam bidang pendidikan, sosial, dan dakwah. Hal ini sesuai dengan perumusan hasil Muktamar ke-4 Nahdlatul Wathan pada 12 Agustus 1963, dan tertuang dalam anggaran dasar dan anggaran rumah tangga.

Sebab, bidang pendidikan merupakan basis pertama dari gerakan NW. Hal ini dapat dilihat dari upaya Tuan Guru Kiai Haji Muhammad Zainuddin Abdul Madjid dalam membentuk kader-kader NW yang mempunyai basis keilmuan yang seimbang antara ilmu agama dan pengetahuan umum. Sebagai basis argumentasi dari tesis ini adalah klasifikasi ilmu pengetahuan yang diajukan Tuan Guru Kiai Haji Muhammad Zainuddin Abdul Madjid.

Menurut dia, ilmu-ilmu ini secara keseluruhan terbagi menjadi dua, yakni ilmu syariat dan ilmu syara’. Ilmu-ilmu syariat dititikberatkan pada penanaman nilai-nilai keimanan dan moralitas keberagamaan sehingga akan tercipta sebuah internalisasi keberagamaan dan kehidupan. Sedangkan, ilmu-ilmu syara’ memajukan peradaban secara lahirnya.

Keduanya harus terintegrasi pada setiap individu. Bertitik tolak dari asumsi-asumsi ini, maka hakikat pendidikan adalah mengaktualisasi secara optimal peran-peran kekhalifahan manusia di muka bumi.

Saat mengunjungi  pusat Nahdlatul Wathan di Lombok Timur, terlihat sejumlah bangunan permanen sekolah atau madrasah di atas tanah seluas 17 hektare. Luar biasa! Di kabupaten yang berada di wilayah yang dulu disebut Sunda Kecil itu terdapat kompleks pendidikan yang begitu lengkap.

Di antaranya gedung Madrasah NWDI, Madrasah NBDI, Taman Kanak-Kanak, Madrasah Ibtidiyah, Madrasah Tsanawiyah Mu’allimin, Madrasah Tsanawiyah Mu’allimat,  Madrasah Aliyah Mu’allimin, Madrasah Aliyah Mu’allimat, Madrasah Aliyah Keagamaan Putra, Madrasah Aliyah Keagamaan Putri, Madrasah Tsanawiyah, Madrasah Aliyah, SMP, SMA, Institut Agama Islam Hamzanwadi, Perpustakaan Birrul Walidain, Ma’had Darul Qur’an wa al-Hadits, Asrama Pelajar, Asrama Panti Asuhan Darul Aitam, pengabdian mushala-mushala, dan beberapa buah gedung perkantoran. Itulah Nahdlatul Wathan. Nyaris tidak ada orang NTB yang tidak bersinggungan dengan organisasi ini.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement