Sabtu 30 Sep 2017 17:13 WIB
Pengkhianatan G30S/PKI

Pesan Cinta di Atas Pusara Ade Irma Nasution

Monumen Ade Irma Suryani Nasution di kawasan Kantor Wali Kota Jakarta Selatan dalam kondisi tak terawat, Selasa (19/9).
Foto: Republika/Ronggo Astungkoro
Monumen Ade Irma Suryani Nasution di kawasan Kantor Wali Kota Jakarta Selatan dalam kondisi tak terawat, Selasa (19/9).

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Ronggo Astungkoro, wartawan Republika

Anak Saja Jang Tertjinta Engkau Telah Mendahului Gugur Sebagai Perisai Ajahmu. Tulisan itu terpatri di atas sebuah nisan terbuat dari marmer di atas sebuah pusara. Pemilik bernama Ade Irma Suryani Nasution.

Dalam kurun waktu lima dekade, nama Ade Irma tercatat dengan tinta emas dalam sejarah Indonesia setelah pemilik nama tersebut gugur tertembak timah panas pasukan Cakrabirawa yang mengepung rumah untuk menculik dan membunuh ayahnya, Jenderal Abdul Harris Nasution. Ade Irma menjadi martir demi melindungi ayahnya dalam peristiwa berdarah yang terjadi pada Kamis malam, 30 September 1965.

Kini jenazah Ade Irma terbaring damai di dalam pusara pada sebidang tanah di sekitar Jakarta Selatan. Sayangnya, monumen makam putri bungsu Jenderal Nasution tersebut tidak terawat.

Saat Republika.co.id berziarah ke makam Ade Irma, kondisi monumen kurang apik. Apalagi akses jalan menuju makam sedikit menyulitkan. Pengunjung harus melalui kantor Wali Kota Jakarta Selatan. Makam Ade Irma memang berada di dalam lingkuingan Kantor Wali Kota Jaksel. Pintu masuk di sisi luar makam juga kerap dikunci, sehingga tidak bisa dilewati orang.

Monumen Ade Irma Suryani Nasution. (Foto: Ronggo Astungkoro/ Republika)

Makan Ade Irma berwarna putih, sementara tanahnya terlihat cokelat basah tersiram air. Di makamnya itu terdapat tulisan "Anak Saja Jang Tertjinta Engkau Telah Mendahului Gugur Sebagai Perisai Ajahmu" di bagian sisi depan batu nisannya. Sedangkan di bagian belakang, terdapat kutipan surat Ar-Rahman ayat ke-26 dan 27.

Lantai di sekitar makam tersebut pun terlihat bersih. Memang, di kawasan makam itu terus dibersihkan setiap harinya oleh petugas kebersihan kantor Wali Kota Jaksel.

Tapi, di sana terdapat bagian yang seperti tak terurus. Monumen Ade Irma Suryani Nasution yang ada di sana terlihat kotor. Foto-foto yang ada di badan monumen itu tampak kabur, bahkan, ada yang tak berbingkai. Bagian yang tak berbingkai tersebut memperlihatkan semen monumen yang dilapisi keramik itu.

Selain monumen tersebut, ada satu bagian lagi yang terlihat kotor. Bagian tersebut merupakan kayu-kayu yang berada di atas dan mengelilingi makam berbentuk letter 'U'. Beberapa dari kayu-kayu itu terlihat kusam seperti kayu yang terkena air terus-menerus dan mengering.

Menanggapi kondisi makam yang seperti itu, Kepala Bagian Umum dan Protokol Kota Administrasi Jaksel Kelik Sutanto menyebutkan, kewenangan untuk mengurus makam itu sebetulnya ada di tangan Kementerian Sosial (Kemensos). Pihaknya tak ada alokasi anggaran untuk merenovasi fisik makam tersebut.

"Ini sebetulnya hampir sama dengan yang di Kalibata. Di sana kan dikelola oleh Sekneg dan Kemensos soalnya kan pahlawan nasional. Di bagian umum kami tak ada alokasi anggaran untuk itu," kata Kelik di ruang kerjanya, Selasa (19/9).

Ia pun mengaku, saat ini pihaknya sedang mencari di mana sebetulnya, istilahnya, dokumen pengelolaan makam tersebut. Kalau memang dari Kemensos menyerahkan wewenang perawatan makam kepadanya, tentu pihaknya akan mengalokasikan anggaran untuk itu.

"Kita kan juga harus sepersetujuan gubernur melalui Bappeda. Kita sekarang tidak bisa main eksekusi saja, harus ada dasar hukumnya. Kemarin saya tanya katanya itu yang pegang nasional," kata dia.

Kelik mengatakan, pihaknya juga tak dapat melakukan perawatan fisik terlalu jauh. Alasannya, selain karena alokasi anggarannya yang tak ada, setelah ia bertanya ke Suku Dinas (Sudin) pertamanan dan pemakanan, mereka juga tak punya anggaran untuk itu.

"Kemarin saya tanya-tanya informasi itu adanya di Kemensos atau Segneg. Tapi sepertinya Kemensos itu," terang Kelik.

Makam Ade Irma Suryani Nasution. (Foto: Ronggo Astungkoro/ Republika)

Kelik menyebutkan, jika nantinya memang wewenang perawatan makam itu diserahkan ke Pemerintah Daerah (Pemda), mungkin akan masuk ke dalam Dinas atau Sudin Pemakaman. Untuk saat ini, Kelik mengaku terus memonitor kondisi fisik makam tersebut.

"Saya juga sering sewaktu-waktu ke sana untuk kirim doa. (Untuk) gambar (di monumennya) itu tiap tahun kita yang ganti, tapi sederhana kan soalnya tidak ada yang ganti," jelas dia.

Kondisi monumen yang saat ini kurang baik, menurut Kelik, akan segera pihaknya perbaiki. Terutama sesaat lagi akan ada upacara di kantornya pada 1 Oktober. Karena tak memiliki wewenang perawatan itu pula, Kelik dan jajarannya hanya bisa melakukan perawatan terhadap kebersihan kawasan makam itu.

"Kami sifatnya hanya melakukan pembersihan saja, misalnya itu rumputnya, pembersihannya, lingkungannya gitu biar terawat. Soal foto kita juga sebagai bentuk asas kepantasan saja, 'kok ini tidak diganti', ya biar pantas kita gantilah itu tiap tahun," sambung dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement