Selasa 22 Jan 2013 20:29 WIB

Kak, Aku Bukan Anak Haram

Ilustrasi
Foto: Bubble.com
Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID,Waktuku kecil aku bukan anak yang diinginkan mama. Aku terlahir bukan dari dari bapak yang aku kenal selama ini. Mama takut aku hanya akan menjadi penghacur rumah tangga mama dan bapak. Sedih rasanya. Malangnya nasibku, ternyata kakakku juga selalu menghina aku. Katanya aku ini anak haram. Kata anak haram ini selalu terngiang dipikiranku. Tak habisku selalu menangis dan bertanya-tanya. Aku tidak tahu kenapa kakakku sendiri membeci aku dan mama. Aku sedih setiap hari kakak selalu memaki mama. Apa salah mama kepadanya? Aku tak menemukan semua jawaban atas kebingungannku.

Tapi disaatku kecil, ada seorang tetangga yang sangat baik kepadaku. Waktu itu aku masih duduk dibangku sekolah dasar. Tetanggaku itu selalu menyayangiku. Aku memanggilnya Om Ganteng. Om Ganteng sangat sayang kepadaku. Setiap bertemu aku selalu diberinya uang dan Om Ganteng juga selalu mengajakku jalan-jalan. Aku sayang Om Ganteng. Om Ganteng menjadi penghiburku atas perlakuan kakakku.

Yang mengejutkan, Om Ganteng ternyata adalah ayah kandungku. Orang yang selama ini baik kepadaku ternyata adalah ayahku sendiri. Aku baru mengetahuinya setelah aku duduk di kelas dua SMP.

Om Gantenglah yang menjadi jawaban atas semua pertanyaanku. Atas semua kebingunganku selama ini. Dialah ayah kandungku. Pikiranku saat itu kacau dan tak karuan. Ya Allah apa salahku. Ya Allah ikhlaskan hatiku atas semua kenyataan ini. Walau  Aku lahir kedunia ini dengan keadaan suci tapi mengapa kakak mengira aku anak haram. Aku bukan anak haram ka, aku anak yag ditakdirkan Allah untuk lahir ke dunia ini. Aku bukan anak haram mama. Tapi kenapa aku tidak diinginkan mamah?

Ya Allah, sadarkan mama dan kakak aku kalau bukanlah anak haram melainkan dari kesalahan orang tua. Aku tidak boleh marah dengan mama dan kakakku. Inilah kenyataan hidup yang aku harus jalani. Aku akan buktikan kepada mama dan kakak kalau aku adalah anak yang bisa dibanggakan. Ya Allah ampunilah dosa kedua orang tuaku, sayangilah mereka. Tanpa meraka aku bukan apa-apa walaupun meraka tidak menginginkanku. Satu hal yang mama dan kakak harus tahu, aku sayang kalian lebih dari aku menyayangi diriku sendiri.

Penulis: Reni Ismawati -- Pendidikan Matematika, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Jakarta.

sumber : UMJ
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement