Senin 28 Nov 2011 10:38 WIB

Tim SAR Pasang Penanda pada Jembatan Kutai Kartanegara yang Runtuh

Tim SAR memeriksa dua mobil yang terapung akibat Jembatan Tenggarong ambruk ke Sungai Mahakam, Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur, Sabtu (26/11).
Foto: Antara/Amirullah
Tim SAR memeriksa dua mobil yang terapung akibat Jembatan Tenggarong ambruk ke Sungai Mahakam, Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur, Sabtu (26/11).

REPUBLIKA.CO.ID, TENGGARONG - Anggota tim penyelam dari Basarnas melakukan pemasangan marking atau penanda Jembatan Kutai Kartanegara yang tenggelam sehingga posisi jembatan bisa diketahui dari atas permukaan Sungai Mahakam.

"Marking (penanda) ini untuk memudahkan jika ada upaya pengangkatan jembatan yang tenggelam dengan menggunakan alat berat yaitu crane, karena rencananya pada hari ini alat-alat berat itu akan tiba di sini," ujar Kepala Badan SAR Nasional (Basarnas) Marsekal Madya TNI Daryatmo usai pertemuan dengan para penyelam di lokasi runtuhnya Jembatan Kutai Kartanegara, Tenggarong, Kabupaten KUtai Kartanegara, Senin.

Upaya menggunakan alat berat tersebut, ujarnya, dilakukan untuk mempermudah evakuasi korban.

Menurut Daryatmo tim penyelamat kesulitan mengangkat korban dengan melalui jalan penyelaman ke dasar sungai yang berkedalaman 40-50 meter tersebut dengan jarak pandang nol.

"Kendala kami (penyelam.red) pertama yaitu 'visibility' (jarak pandang) nol jadi tidak bisa melihat apa-apa, yang kedua yaitu dua pilar yang masih berdiri dikhawatirkan roboh menimpa penyelam. Untuk itu, lebih mudah jika badan jembatan diangkat dengan 'crane'," katanya.

Daryatmo juga berharap pihak terkait yaitu Kementerian Pekerjaan Umum (PU) agar memastikan pilar tersebut tidak roboh. "Pilar itu yang harus diperkuat dulu, agar tak mengancam jiwa para penyelamat," katanya.

Lebih lanjut dikatakannya, pihaknya hingga saat ini terus melakukan pencarian korban dari atas air. Hingga Senin pukul 09.30 Wita, Tim SAR telah menemukan 11 korban tewas dari peristiwa runtuhnya Jembatan Kutai Kartanegara pada SAbtu (26/11) pukul 16.30 Wita.

Berdasarkan laporan para penyelam Basarnas yang memasang penanda jembatan, posisi jembatan yang tenggalam di dasar Sungai Mahakam itu bergeser sejauh 15 meter ke hilir dari posisi aslinya. "Jadi bagian tengah jembatan itu bergeser 15 meter ke hilir, tapi ujung-ujungnya masih tetap berada di posisi semula. Jadi posisi jembatan sekarang ini melengkung," ujar Daryatmo.

Menurut dia, hal itu disebabkan arus yang kuat dan hal tersebut juga dibuktikan dengan penemuan korban tewas yang berjarak 10 meter di hilir jembatan naas. Daryatmo juga memperkirakan bahwa masih ada 10 mobil yang terjebak dalam rangka jembatan tersebut. Namun jumlah korban di dalamnya belum dapat diketahui.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement