Jumat 13 Aug 2010 22:26 WIB

Begini Lho, Kiat Sukses Berpuasa bagi Penderita Penyakit Jantung

Rep: Dewi Mardiani/ Red: Siwi Tri Puji B

REPUBLIKA.CO.ID, Penyakit jantung, baik gangguan pada jantung maupun pembuluhnya memang berisiko kematian. Meski begitu, dengan pengobatan, terapi, dan tindakan tertentu yang tepat, seorang pasien jantung bisa saja terbebas dari penyakitnya, asalkan tekun dalam menjalani terapi dan berolahraga.

Di bulan Ramadhan, kata ahli jantung Dr dr Muhammad Munawar, para pasien penyakit jantung bisa saja mengikuti puasa dengan tanpa masalah. Mereka bisa menjalani ibadah dengan normal seperti biasa, hanya tetap memperhatikan pengobatan yang dijalaninya. ''Tak ada masalah bagi penderita penyakit jantung untuk menjalani ibadah puasa,'' kata salah seorang dokter kepresidenan ini.

Di bulan suci ini, kegiatan ibadah juga semakin meningkat. Menurutnya, tak ada perlakuan khusus bagi mereka yang mengalami penyakit jantung dalam meningkatkan aktivitas ibadah mereka di bulan Ramadhan. ''Aktivitas itu malah membantu mereka sebagai bagian dari exercise (olahraga).''

Untuk menjalankan ibadah puasa, kata Munawar, para pasien penyakit jantung tak perlu melakukan sesuatu yang khusus. Hanya, bila pasien itu diwajibkan menjalani pengobatan dengan oral (obat minum), maka obat itulah yang harus tetap diminum secara rutin, dan tak ditinggalkan selama berpuasa.

''Bagi pasien penyakit jantung, jarang diberikan obat. Hanya beberapa kasus seperti gagal jantung. Meski begitu, ada beberapa pilihan yang bisa ditempuh oleh pasien untuk obatnya. Ini bisa dikonsultasikan kepada dokternya,'' jelas Munawar.

Pilihan-pilihan yang dimaksud pakar Aritmia ini adalah dengan meminta dokternya untuk memberikan obat yang rutinitas meminumnya dikurangi. Misalkan, pasien diberikan obat yang rutin diminum tiga kali sehari. Khusus dalam bulan puasa, pasien bisa eminta agar dokter memberikan obat yang rutinitas meminumnya hanya sekali sehari. ''Meski begitu, kalau pun pasiennya mendapatkan obat yang tiga kali sehari, dia bisa mengatur waktu minumnya yang tidak mengganggu jadwal berpuasa.''

Pasien yang seringkali harus meminum obat rutin sebanyak tiga kali sehari adalah mereka yang menderita gagal jantung. Menurut Munawar. Untuk itu, mereka bisa tetap dengan rutinitas obatnya, hanya dilakukan penyesuaian waktu meminumnya saja.

Ada beberapa hal yang harus dilakukan oleh penderita penyakit jantung. Kata Munawar, selain masalah penyesuaian obat kepada dokternya, mereka harus tetap melakukan latihan atau olahraga ringan yang rutin, walau pun di bulan puasa.

Penyesuaian waktu latihan juga bisa dilakukan. Mereka yang biasanya melakukan latihan di pagi hari, bisa mengubah jadwal latihannya di sore hari. ''Mereka bisa latihan di sore hari, yaitu beberapa menit menjelang berbuka puasa. Jadi, saat mereka perlu minum, itu bisa dilakukan di saat berbuka puasa.''

Selain itu, para penderita jantung juga diminta melakukan pengecekan mandiri secara rutin. Pengecekan yang dilakukan antara lain tekanan darah, juga ritme atau irama jantungnya. Irama jantung yang normal umumnya sebanyak 60-100 kali per menitnya. Bila terjadi gangguan ritme jantung sampai lebih dari 200 kali per menitnya atau terjadi gangguan irama jantung (aritmia), harus segera ke dokter. ''Irama jantung yang cepat setelah latihan atau olahraga itu biasa. Irama jantung akan kembali normal bila sudah beristirahat selama 5-10 menit. Namun, bila lebih dari itu, harus segera ke dokter.''

Bagi penderita gagal jantung, Munawar menegaskan bahwa mereka tetap tidak boleh minum banyak pada satu kesempatan. Pasien tak boleh minum lebih dari 6 gelas sehari. Di samping itu, konsumsi makanan harus tetap diperhatikan, yaitu tak boleh makan makanan yang asin-asin. ''Pengecekan rutin pun tetap dilakukan setiap hari sesuai petunjuk dokter.''

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement