Senin 20 Nov 2017 21:12 WIB

Pendidikan Vokasi Indonesia Masih Tertinggal di Asia

Rep: Andrian Saputra/ Red: Hazliansyah
Politeknik Manufaktur Astra mendukung pengembangan pendidikan vokasi di Indonesia.
Foto: Republika/Halimatus Sa'diyah
Politeknik Manufaktur Astra mendukung pengembangan pendidikan vokasi di Indonesia.

REPUBLIKA.CO.ID, SOLO -- Direktur Kelembagaan Kemenristekdikti, Patmono Suwignyo menilai ada beberapa hal yang menyebabkan pendidikan vokasi di tanah air tertinggal jauh dibanding negara-negara maju di Asia. Diantaranya yakni pola pikir masyarakat yang masih mementingkan gelar dibandingkan dengan kompetensi.

"Masyarakat lebih mementingkan gelar daripada kompetensi. Lebih baik menganggur tapi punya gelar, daripada tidak punya gelar meski kerja," tutur Patmono dalam wisuda perdana mahasiswa AK-Tekstil Solo pada Senin (20/11).

Lebih dari itu, menurutnya, jumlah lembaga pendidikan berbasis vokasi pun sangat sedikit dibanding dengan jumlah lembaga pendidikan berbasis akademik.

Ia mencontohkan, untuk Perguran Tinggi misalnya, dari 4.550 Perguruan Tinggi yang ada di tanah air baru ada enam Perguruan Tinggi yang berbasis vokasi. Disamping itu, dorongan industri untuk kehadiran lemabga pendidikan berbasis vokasi pun masih minim.

Padahal menurutnya dinegara-negara maju, industri berperan langsung dalam mendirikan lembaga pendidikan vokasi. Ini dikarenakan kesadaran industri akan lulusan dari lembaga pendidikan vokasi yang mempunyai keterampilan khusus dan dapat langsung diserap industri.

"Keterlibatan industri kita sangat minim, karena itu kita dorong agar industri juga terlibat," tuturnya.

Saat ini kata dia, Kemenristekdikti terus mendorong langkah Kementerian Perindustrian untuk mendirikan perguruan tinggi vokasi di tanah air. Dia berharap dengan begitu makin banyak tenaga kerja berkualitas yang dapat dimanfaatkan industri-industri dalam negeri.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement