Rabu 09 May 2018 00:01 WIB

40 Persen Siswa SMA Kesulitan Isi Soal HOTS

Kemendikbud akan mengeluarkan diagnosis yang memerinci kekurangan setiap sekolah.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Ani Nursalikah
Petugas mengawasi siswa yang mengerjakan soal ujian Bahasa Indonesia saat mengikuti Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK) di SMAN 5 Bandung, Jalan Belitung, Kota Bandung, Senin (10/4).
Foto: Mahmud Muhyidin
Petugas mengawasi siswa yang mengerjakan soal ujian Bahasa Indonesia saat mengikuti Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK) di SMAN 5 Bandung, Jalan Belitung, Kota Bandung, Senin (10/4).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Totok Suprayitno menyebut, sekitar 40 persen siswa SMA dan SMK sederajat di Indonesia masih mengalami kesulitan menyelesaikan soal bernalar tinggi atau high thinking order skill (HOTS). Adapun sekitar 60 persen lainnya dinilai sudah mampu menjawab soal HOTS.

"Tapi itu (yang 40 persen) bukan karena tidak pintar, tapi memang itu akan diperbaiki dari koreksi (penurunan nilai) UNBK ini," kata Totok di Gedung A Kemendikbud, Jakarta, Selasa (8/5).

Sebagai bahan evaluasi, nantinya Kemendikbud akan mengeluarkan diagnosis yang memerinci kekurangan setiap sekolah dilihat dari hasil UN. Diagnosis tersebut diharapkan bisa menjadi bahan evaluasi dan perbaikan semua pihak.

"Dengan pelaksanaan UN ini kan kita tahu dan bisa memetakan kondisi pendidikan kita. Nanti dalam diagnosa itu kita jabarkan kekurangannya apa saja, misalnya di sekolah ini apa yang kurang, muatan aljabarnya gimana, dan lain-lain," ujar Totok.

Menurut dia, penerapan soal bernalar tinggi pada pelaksanaan UN sudah tepat. Dia menyatakan, soal bernalar tinggi yang diujikan dalam UN sudah seharusnya diajarkan kepada semua siswa.

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy juga menegaskan, soal-soal UN yang menuntut penalaran sudah harus diperkenalkan kepada peserta didik. Soal-soal bernalar tinggi pada UN sebetulnya hanya sekitar 10 hingga 15 persen dari semua soal.

"Ini dilakukan sebagai ikhtiar untuk menyesuaikan secara bertahap standar internasional, antara lain, seperti standar Program for International Student Assessment (PISA)," kata dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement