Kamis 22 Feb 2018 07:11 WIB

Jepang Siap Bantu Digitalisasi Arsip Budaya Indonesia

Indonesia dan Jepang sedang merintis kerja sama untuk pengarsipan warisan budaya.

Arsip (ilustrasi).
Foto: sierraclub.org
Arsip (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Seorang profesor Sekolah Pascasarjana Teknik Universitas Kyoto Ari Ide-Ektessabi menyatakan, siap membantu digitalisasi arsip warisan budaya Indonesia. Itu diungkapan dalam Seminar on Cultural Heritage Digital Archive di Jakarta, Rabu (21/2).

"Jepang punya teknologi, uang, dan orang-orang yang sangat menghargai nilai-nilai budaya. Di sini kami ingin merekam aset budaya Indonesia untuk melestarikannya," kata Profesor Ari. 

Saat ini Indonesia dan Jepang sedang merintis kerja sama untuk pengarsipan warisan budaya sebagai upaya membangun sebuah sistem data kebudayaan terpadu yang diamanatkan UU Nomor 5 Tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan.

Sebagai ahli yang telah terlibat dalam sejumlah riset dan pengembangan teknologi pencitraan mutakhir serta proyek arsip digital baik di dalam maupun di luar Jepang, ia mengaku tertarik untuk melakukan perawatan dan perlindungan aset budaya kuno seperti manuskrip dari daun palem atau lontar juga kain tradisi yang dibuat dengan teknik pencelupan atau pewarnaan khusus.

Manuskrip kuno dinilai perlu segera diarsipkan secara digital karena kondisi fisiknya yang rawan rusak, padahal di dalamnya tertulis banyak hal penting mengenai ilmu astronomi, ajaran agama, tradisi, dan cerita sejarah.

"Di Myanmar kami sudah melakukan digitalisasi manuskrip kuno yang arsipnya kemudian dikumpulkan dalam sebuah museum," tutur dia.

Selama 10 tahun terakhir, Profesor Ari telah melakukan riset digitalisasi resolusi super tinggi warisan budaya Asia di beberapa negara seperti Cina, Korea Selatan, Mesir, dan negara-negara ASEAN.

Dalam melakukan pengarsipan digital, pria kelahiran Iran yang telah 50 tahun tinggal di Jepang itu menggunakan alat pemindai digital dengan resolusi sangat tinggi yang dapat memotret sebuah aset budaya mendekati warna aslinya.

Proses digitalisasi arsip warisan budaya dianggap penting untuk melindungi aset tersebut dari bencana alam, perang, kemiskinan, dan ketidakpedulian. Ini juga berlaku bagi warisan budaya Indonesia yang rawan hilang, dicuri, atau berpindah ke negara lain karena tidak dilestarikan dengan baik.

Meski telah membantu banyak negara dalam proses digitalisasi arsip warisan budaya, Profesor Ari menegaskan bahwa hak paten atas arsip digital tersebut akan menjadi milik negara yang mempunyai warisan budaya tersebut, bukan dirinya.

Pekerjaan dan minat Profesor Ari untuk membantu Indonesia mengarsipkan warisan budayanya dalam citra digital diapresiasi oleh sejarawan Indonesia Prof. Dr. Susanto Zuhdi, terlebih karena Jepang telah bekerjasama dengan beberapa negara Asia Tenggara seperti Myanmar, Malaysia, dan Filipina, tetapi belum dengan Indonesia.

"Setahu saya sudah ada kerja sama dalam bidang ini tetapi sifatnya masih parsial. Sekarang mungkin saatnya Jepang dan Indonesia melakukan kerja sama digitalisasi arsip warisan budaya dengan MoU yang lebih mengikat," ujar guru besar Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia itu.

Pengarsipan, menurut dia, adalah suatu kerja yang harus cermat dan teliti karena bukan hanya berkenaan dengan memori kolektif suatu bangsa tetapi juga instrumen untuk membangun peradaban bangsa ke depan berdasarkan aset-aset budaya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement