Selasa 06 Feb 2018 08:34 WIB

Guru dan Murid Jadi Korban Sistem Pendidikan

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Fernan Rahadi
Pendiri Gerakan Sekolah Menyenangkan, Muhammad Nur Rizal, saat menjadi pembicara dalam talkshow Pendidikan Masa Depan di Era Digital yang digelar Perpustakaan Universitas Gadjah Mada (UGM), Selasa (28/11).
Foto:
Media sosial

Sayangnya, lanjut Rizal, pencarian itu mungkin malah menemukannya ke suplemen lain yang tidak baik seperti kekerasan atau pemukulan. Terlebih, ada satu aspek lain yang menguatkan itu yaitu efek dari media sosial.

Terbukanya informasi turut mengakibatkan hal-hal seperti itu, mengingat berita yang dulu dibatasi saat ini begitu mudah diakses. Menengok ke belakang, di era Presiden Soeharto malah mungkin berita-berita itu tidak akan ditayangkan.

Rizal melihat, saat ini terjadi satu connecting cognitive karena kita semua terhubung satu sama lain melalui internet dan media sosial. Apalagi, dengan biaya internet dan teknologi yang semakin terjangkau.

"Kita semakin mudah menjangkau informasi itu, dan ketika kita memperoleh berita membunuh dan sebagainya itu biasa, karena diberitakan seolah itu biasa, anak-anak jadi lebih mudah memperoleh informasi kekerasan," ujar Pendiri Gerakan Sekolah Menyenangkan (GSM) tersebut.

Ketika informasi itu mudah diperoleh, bukan tidak mungkin anak-anak memiliki ide kreatif yang terbilang negatif. Misalkan, anak memiliki pola pikir kalau pemukulan bisa dilakukan di luar rumah, perlawanan bisa dilakukan di dalam rumah, dan lain-lain.

Ia berpendapat, terbukanya hubungan kognitif dengan media sosial ini semakin meningkatkan kemungkinan kekerasan itu terjadi. Terlebih, seperti sekarang saat kemampuan berpikir kritis dan mencari eksistensinya tidak sehat secara emosi.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement