Sabtu 03 Feb 2018 00:15 WIB

Rektor UI: Masuknya PT Asing Jangan Jadi Ancaman

Menurutnya, hal itu merupakan konsekuensi dari menandatangani perjanjian globalisasi.

Rektor UI Muhammad Anis
Foto: ANTARA/Indrianto Eko Suwarso
Rektor UI Muhammad Anis

REPUBLIKA.CO.ID, DEPOK -- Rektor Universitas Indonesia (UI) Muhammad Anis mengatakan jangan melihat masuknya perguruan tinggi (PT) asing sebagai ancaman. Menurutnya, hal itu merupakan konsekuensi dari menandatangani perjanjian globalisasi.

"Jangan melihat itu ancaman atau tidak ancaman atau segala macam karena ada beberapa jumlah jasa termasuk pendidikan yang harus dibuka," katanya di kampus UI Depok, Jumat (2/2).

Kemenristekdikti akan membuka peluang perguruan tinggi asing untuk beroperasional di Tanah Air. Sejumlah perguruan tinggi kelas dunia menyatakan ketertarikannya beroperasi di Indonesia seperti University of Cambridge, Melbourne University, Quensland, National Taiwan University hingga sejumlah kampus di Timur Tengah.

Menristekdikti Mohammad Nasir mengatakan akan ada sekitar lima hingga 10 perguruan tinggi asing yang bisa beroperasi mulai pertengahan 2018. Anis mengatakan tak ada jalan lain selain harus berkompetisi.

"Jadikan keberadaan mereka adalah sebagai trigger (pemicu) untuk kita memperbaiki diri dan melakukan evaluasi mana yang perlu kita tingkatkan dan sebagainya. Kalau mengenai pilihan biar masyarakat yang memilih. Dia mau kesana atau UI atau universitas lain karena itu sudah globalisasi ya itu sudah borderless," katanya.

Sementara itu ketika ditanya mengenai pemeringkatan level UI di tingkat dunia, rektor mengatakan tidak melihat pemeringkatan itu sesuatu target dan hanya dijadikan sebagai tools untuk kita tahu berada dimana. "Misalnya saat ini berada di posisi A, sehingga tahu apa yang harus kita perbaiki. Jadi bukan target. Karena akhir tujuan utama pendidikan agar anak bangsa menjadi cerdas dan mempunyai Imtak yang kuat," katanya.

Ia menjelaskan semua fakultas di UI mempunyai kontribusi yang baik bagi kampus sesuai dengan karakternya masing-masing. Ada yang memang hard atau hard science. Jadi tak bisa dikatakan fakultas ini berperan, fakultas ini tidak. Semua berperan tapi sesuai keunikan dan kekhasan dari masing bidang itu.

Anis juga menjelaskan riset apa pun yang dilakukan tak bisa sendiri tapi harus bekerja sama. "Setiap lima tahun renstra yang kita buat memperhatikan network. Karena tidak mungkin kita kerja sendiri bisa menjadi hebat. Namun katanya bukan sekedar kerjasa sama tapi ada strtegic partner bagaimana kerja sama itu kedua pihak mengalami peningkatan kualitas maupun jumlah publikasinya.

"Jika kerja sama mengajar bisa menjadi proses pembelajarannya bisa lebih luas karena dapat sentuhan materi yang berbeda dosennya," katanya.

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement