Kamis 11 Jan 2018 07:16 WIB

Komisi X Pertanyakan Alasan Penyelenggaraan USBN untuk SD

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Andi Nur Aminah
Sejumlah siswa SD mengerjakan soal Bahasa Indonesia saat Ujian Sekolah Berstandar Nasional (USBN) di SD Insan Kamil, jalan Dramaga, Bogor, Jawa Barat, Senin (15/5). Berbeda dengan Ujian Nasional SMP dan SMA berbasis komputer, pelaksanaan USBN tingkat SD masih menggunakan lembar jawaban komputer (LJK) dengan penggandaan lembar soal diserahkan Pemerintah Pusat kepada Pemerintah Daerah dan USBN SD berlangsung hingga hari Rabu (17/5). ANTARA FOTO/Arif Firmansyah/foc/17.
Foto: Arif Firmansyah/Antara
Sejumlah siswa SD mengerjakan soal Bahasa Indonesia saat Ujian Sekolah Berstandar Nasional (USBN) di SD Insan Kamil, jalan Dramaga, Bogor, Jawa Barat, Senin (15/5). Berbeda dengan Ujian Nasional SMP dan SMA berbasis komputer, pelaksanaan USBN tingkat SD masih menggunakan lembar jawaban komputer (LJK) dengan penggandaan lembar soal diserahkan Pemerintah Pusat kepada Pemerintah Daerah dan USBN SD berlangsung hingga hari Rabu (17/5). ANTARA FOTO/Arif Firmansyah/foc/17.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Anggota Komisi X Dewan Pimpinan Rakyat (DPR) RI Ferdiansyah mempertanyakan, alasan yang mendasari penyelenggaraan maupun pembagian porsi dalam membuat soal Ujian Sekolah Berstandar Nasional (USBN). Menurut dia, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) tidak pernah memaparkan hasil evaluasi USBN yang lalu, secara mendetail.

"USBN SD kan baru tahun ini, nah coba paparkan hasil evaluasi dari USBN yang sebelumnya diterapkan di SMP dan SMA dengan jelas. Karena tidak pernah transparan dan dikemukakan dengan baik," kata Ferdiansyah kepada Republika.co.id, Rabu (10/1).

Dia juga menyebut, ukuran yang menjadi acuan Kemendikbud dalam menyelenggarakan USBN tidak mendasar. Sebab, akreditasi sekolah nyatanya tidak menjadi pertimbangan apapun dalam pelaksanaan USBN. "Menurut saya, BSNP yang memberi masukan kepada Kemendikbud pun mereka kurang cerdas. Buat apa coba sekolah diakreditasi A, B, kalau dalam gini disamaratakan," kata dia.

Karena itu, dia meminta agar Kemendikbud bisa lebih transparans dalam setiap isu dan masalah pendidikan saat ini. Hal itu dinilai penting, agar bisa dibahas dan dirembugkan solusi bersama terkait permasalahan tersebut. "Selama ini sudah terbuka tapi tidak 100 persen. Setiap ditanya tentang satu masalah, bilangnya sudah bagus, ada peningkatan, gitu aja," kata dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement