Rabu 17 May 2017 10:07 WIB

Menristekdikti Tekankan Kolaborasi Pendidikan Tinggi Antarnegara

Rep: Kabul Astuti/ Red: Angga Indrawan
Menristekdikti, Mohamad Nasir.
Foto: Republika/Raisan Al Farisi
Menristekdikti, Mohamad Nasir.

REPUBLIKA.CO.ID, MAKASSAR -- Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohamad Nasir membuka Association of Southeast Asian Institutions of Higher Learning (ASAIHL) Conference 2017 di Makassar, Rabu (17/5).

Konferensi bertema "Higher Education Challenges in Shaping The Nation Competitiveness" ini diselenggarakan oleh tuan rumah Universitas Hasanuddin (Unhas) Makasar selama tiga hari ke depan. Lebih dari 200 universitas di 28 negara menjadi anggota asosiasi ini.

Nasir menekankan pentingnya kolaborasi pendidikan tinggi antarnegara. Menurut Nasir, pendidikan, terutama pendidikan tinggi, adalah kekuatan untuk peningkatan kompetensi individu, kemajuan sosial masyarakat, dan pengembangan budaya. Melalui pendidikan, lanjut Nasir, seseorang menemukan tempat di dunia, memahami dunia, dan menumbuhkan sikap saling menghargai antarsesama.

Nasir menjelaskan, pendidikan tinggi memberikan kontribusi yang cukup kuat dalam pengembangan ekonomi dan kualitas hidup seseorang. Indikator positif ekonomi akan melesat tajam seiring tingkat pendidikan. Dalam persaingan global, kenaikan ekonomi setiap negara ditentukan oleh pendidikan nasional dan sistem inovasinya.

"Setiap aspek dari pendidikan tinggi yaitu mengajar, riset dan penguatan komunitas secara global adalah pusat pengembangan ekonomi. Pendidikan tinggi merupakan pusat pembaharuan perekonomian yang dibutuhkan untuk menjadikan manusia berdaya saing dan pengembangan sosial masyarakat," kata Nasir, di Makasar, Rabu (17/5).

Nasir menjelaskan saat ini Indonesia sedang menitikberatkan pengembangan pendidikan tinggi dan inovasi pada 7+1 bidang fokus yang mendorong pengembangan ekonomi. Bidang fokus tersebut antara lain ketahanan pangan, kesehatan, teknologi informasi, transportasi, nanoteknologi, hankam, energi terbarukan, serta maritim. Untuk itu, menurut Nasir, dibutuhkan lembaga pendidikan tinggi yang berkualitas.

"Lembaga pendidikan tinggi bertindak sebagai gatekeeper, diseminator dan pencipta ilmu-ilmu baru. Di masa depan, orang-orang yang keluar dari pendidikan tinggi adalah orang yang pandai membuat lapangan kerja baru, pembuat kebijakan, inovator sosial dan pemimpin bisnis," tutur Nasir.

Nasir mengatakan konferensi internasional seperti ASAIHL ini patut diperbanyak. Tidak hanya menjadi tempat diskusi yang baik dalam bidang pendidikan tinggi dan penguatan riset, tetapi juga meningkatkan spektrum dalam memperkuat kesepahaman antar negara terkait relevansi sistem pendidikan di masing-masing negara.

Rektor Universitas Hasanuddin Dwi Aries Tina mengatakan, konferensi internasional ini menitikberatkan pada tiga pembahasan penting, yaitu kualitas dan relevansi pendidikan tinggi, akses dan kesetaraan, serta organisasi kesehatan pendidikan tinggi. "Kami berharap konferensi ini dapat memberi masukan bagi pengembangan riset dan perguruan tinggi," kata Dwi Aries.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement