Sabtu 17 Sep 2016 13:38 WIB

Lapan Berharap Indonesia Bisa Luncurkan Roket sendiri

Rep: Qommarria Rostanti/ Red: Muhammad Hafil
Keseruan dan antusiasme anak-anak membuat roket air di ajang Republika Fun Science, Sabtu (17/9) di kantor Harian Republika
Foto: Republika/Nur Hasan Murtiaji
Keseruan dan antusiasme anak-anak membuat roket air di ajang Republika Fun Science, Sabtu (17/9) di kantor Harian Republika

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) berharap suatu saat Indonesia dapat meluncurkan roket buatannya sendiri. Roket merupakan wahana untuk menempatkan satelit ke orbit bumi.

Selama ini, Indonesia masih menggunakan roket dari luar negeri untuk menempatkan satelit. "Kita belum mampu membuat roket besar karena biayanya mahal dan membutuhkan banyak ahli," kata Kepala Lapan Thomas Djamaludin di acara Republika Fun Science, Sabtu (17/9).

Hingga kini, jumlah ahli dan anggaran di Indonesia untuk membuat roket sendiri masih kurang. Meski begitu, Indonesia sudah memiliki satelit sendiri, yakni Satelit Lapan A1, A2, dan A3. Ketiganya pun sudah diluncurkan tapi menggunakan roket dari India. "Mudah-mudahan suatu saat bisa menggunakan roket dari bumi Indonesia untuk meluncurkan satelit milik Indonesia," kata Thomas.

Nama roket berasal dari bahasa Italia, rocchetta yang artinya sekering kecil, sebutan untuk petasan kecil yang diciptakan Ludovico Antonio Muratori, seorang ilmuwan Italia, pada tahun 1379. Asal mula roket berawal pada abad ke-9, ketika para ahli kimia Cina menemukan bubuk hitam (mesiu) ketika sedang berusaha menemukan obat awet muda (elixir of immortality).

Penemuan yang terjadi secara kebetulan itu kemudian mengarah pada percobaan dalam bentuk senjata seperti bom, meriam, dan panah api pembakar, yang menggunakan bubuk hitam tersebut sebagai daya picunya. Penggunaan roket pertama terjadi pada tahun 1232, ketika Cina bertempur melawan Mongol.

Pada waktu itu, pasukan Cina menggunakan panci besi berukuran besar yang ditembakkan menggunakan mesiu, dan panci itu mampu melaju hingga 25 kilometer (15 mil), serta dapat meledakkan zona sasaran hingga radius 600 meter akibat pecahannya. Selain itu, pasukan Cina juga menggunakan panah-panah api yang juga menggunakan mesiu sebagai alat pendorongnya.

Teknologi roket pertama kali dikenal di Eropa ketika pasukan Mongol di bawah pimpinan Jenghis Khan menaklukkan sebagian dari Rusia, Eropa Timur, dan Eropa Tengah. Pada waktu itu, pasukan Mongol telah mengenal teknologi roket setelah mengalahkan Cina bagian utara, dan merekrut para pekerja roket di sana sebagai tentara bayaran.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement