Selasa 31 May 2016 13:26 WIB

Cara Kemenristekdikti Cegah Joki di SBMPTN

Rep: Wilda Fizriyani/ Red: Achmad Syalaby
Sekjen Kemdikbud Ainun Naim (kiri)
Sekjen Kemdikbud Ainun Naim (kiri)

REPUBLIKA.CO.ID, MAKASSAR -- Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) mengungkapkan, pihaknya telah memperbaiki sistem agar perjokian tidak terjadi kembali pada Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN). Kemenristek Dikti pun telah menetapkan beberapa mekanisme, baik sebelum maupun setelah ujian.

"Pada pra, kita sudah menekankan aturan pentingnya kejujuran termasuk peringatan agar tidak menggunakan jasa joki," kata Sekretaris Jenderal (Sekjen) Kemenristekdikti Ainun Naim kepada wartawan di Gedung Pascasarjana Universitas Negeri Makassar (UNM), Makassar, Sulawesi Selatan, Selasa (31/5). 

Dia menjelaskan, berdasarkan aturan yang berlaku, Kemenristekdikti juga telah memperingatkan bagi mahasiswa yang menjadi joki akan dikeluarkan. Sementara pihak lain yang terlibat akan ditindak secara hukum.

Menurut Ainun, para pengawas diwajibkan untuk mengecek identitas peserta secara rinci. Hal ini untuk memastikan bahwa yang mengikuti ujian ini sama dengan data yang telah dimasukkan pendaftar sebenarnya. 

Pada pelaksanaannya, dia melanjutkan, para peserta dilarang keras membawa peralatan elektronik seperti telepon genggam dan sejenisnya. Masing-masing peserta yang berdekatan pun soalnya berbeda satu sama lain. Dengan demikian, mereka tidak bisa menyalin jawaban atas soal yang dikerjakan.

Saat pascaujian, Ainun menerangkan, pengawas juga diminta untuk mengecek ulang pola jawaban peserta. "Kalau sama bisa kita cek lebih lanjut karena ini bisa mengindikasikan kecurangan," tambah Ainun.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement