Jumat 21 Nov 2014 22:23 WIB

Berdansa dan Belajar Matematika

Rep: C81/ Red: Julkifli Marbun
Anak jago matematika/ilustrasi
Foto: educationnews.org
Anak jago matematika/ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG –- Pentingnya pendidikan matematika bagi manusia, menjadi dasar kenapa sudah diajarkan sejak dini. Penyerapan anak yang terbatas, membuat banyak inovasi yang muncul untuk mengajarkan matematika, terlebih untuk anak usia dini.

Sudah banyak media digunakan untuk mempermudah anak memahami matematika. Mulai dari jari yang sempat terkenal dengan Jarimatika, atau media lainnya seperti sempoa atau buku bergambar angka.

Atas dasar tersebut, Pusat Pengembangan Pendididkan Anak Usia Dini Formal Dan Informal (PP PAUDNI) Regional II Semarang, mengembangkan inovasi tersendiri untuk mempermudah anak dalam memahami matematika sejak dini. Yaitu dengan menggunakan metode berdansa atau berjoget.

Metode tersebut dirancang dengan menggunakan media interaktif yang melibatkan banyak unsur, seperti suara, gambar, dan teks sebagai stimulus untuk anak. Mereka menamai alat ini dengan Game Dance,

Game Dance dirancang oleh Litbang PAUDNI Regional II Semarang, sebagai inovasi dalam mengajarkan anak yang pada dasarnya merupakan usia bermain. “Alat ini memang berdasar dari permainan yang berada di Mall atau Time Zone yang berupa permainan berjoget dengan menggunakan matras dan layar,” kata Ketua litbang PAUDNI Regional II Semarang, Pujianto.

Permainan yang diciptakan oleh Pujianto dan timnya ini, merancang game yang mampu ditayangkan dengan menggunakan komputer dan menggunakan matras sebagai penggantinya. Kemudian memunculkan aplikasi yang berkaitan dengan dasar matematika, seperti penjumlahan, pengurangan dan dasar matematika lainnya.

“Anak nantinya menggerakan kakinya untuk memilih instruksi yang ditampilkan oleh layar seperti berdansa,” ungkapnya.

Permainan ini, bertujuan untuk mengenalkan konsep-konsep matematika untuk anak usia dini. Mengadopsi permainan dansa diakui Puji untuk mengenalkan konsep matematika dengan menyenangkan dan sesuai dengan prisip pembelajaran anak usia dini.

Sasaran game dance ini adalah anak usia lima hingga enam tahun, atau anak pada usia Taman Kanak-Kanak (TK). “Konten yang dimuat juga sudah disesuaikan dengan mempertimbangkan kebutuhan dan kapasitas anak pada usia tersebut,” kata Puji.

Anggota Tim Litbang dan juga Ketua Tim pengembangan aplikasi Game Dance, Heru Joko, mengatakan bahwa pada dasarnya game ini akan membantu anak-anak mempermudah mempelajari matematika. “Anak itu memang dasarnya kan bermain, jadi kita berusaha membuat alat yang sebisa mungkin disukai anak dengan berbasiskan IT,” katanya.

Heru mengatakan, Saat ini, timnya sedang berusaha mengembangkan agar aplikasi ini bisa digunakan diberbagai media. Ini dilakukan agar mampu dijangkau oleh semua kalangan. Karena menurutnya, masih ada lembaga PAUD yang tidak memiliki komputer.  “Jadi bisa memutarnya lewat VCD atau alat lainnya,” katanya.

Permainan ini, lanjut Heru, diakuinya mampu meningkatkan efektifitas dalam belajar pengenalan matematika pada usia dini. Tim Litbang sudah melakukan uji coba pada permainan ini pada 25 Anak di Sukoharjo, Jawa Tengah.

Sebelum menggunakan Game Dance pemahaman anak terhadap konsep matematika memperoleh skor 51,825. Namun setelah menggunakan Game Dance skornya meningkat menjadi 74,167. Dari hasil uji coba tersebut, terbukti mampu meningkatkan kapasitas anak dalam mengerjakan konsep pemahaman matematika.

“Dengan level-level tingkatan yang ada didalamnya, membuat anak semakin belajar untuk memecahkan soal, yang nantinya jika berhasil akan ada reward yang berupa gambar selebrasi,” katanya.

Koordinator Kelompok Belajar dan Taman Kanak-kanak (KBTK) Anak Cerdas, Ungaran, Jawa Tengah, Sri Suparti, mengaku terbantu dengan Game Dance. Menurutnya, alat ini sangat memudahkan pembimbing sepertinya mengenalkan konsep dasar Matematika.

Terlebih, penggunaan gambar dan warna yang meriah membuat anak-anak langsung tertarik untuk mencoba alat tersebut. “Menurut saya ini inovasi yang baru yang sangat baik, memberikan pengenalan konsep-konsep dengan cara yang berbeda,” ungkapnya.

Sri mengaku game dance sangat efektif dibanding dengan cara mengajar konvensional. “Ini cara baru, anak akan lebih senang dengan hal-hal baru. Apalagi dengan level-level yang ada, anak akan lebih tertantang untuk memecahkannya,” jelasnya.

Namun, menurut Tim Litbang PAUDNI regional II Semarang masih mengalami kendala karena tidak diakomodairnya kebutuhan untuk memperbanyak alat ini oleh Dirjen PAUDNI. “Saat ini kami masih belum bisa memperbanyak, karena dirjen masih belum menyetujuinya,” kata Heru.

Padahal, Lanjut Heru banyak dari lembaga-lembaga PAUD menanyakan bagaimana memperoleh alat ini. Krena menurut Heru, alat ini banyak di apresiasi oleh lembaga PAUD dan pakar pendidikan.

Saat pameran atau presentasi, lanjut Heru, banyak yang menanyakan alat ini. Mereka bertanya harga untuk mendapatkannya. Tapi Heru tidak bisa mengkomersilkannya karena sebagai lembaga pemerintah, mereka hanya bertugas menemukan inovasi dan pengemabngan saja.

“Jadi harapan saya semoga ini mampu diperbanyak. Mampu digunakan oleh lembaga PAUD untuk seluruh Indonesia. Semoga Dirjen bisa mengakomodirnya,” jelasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement