Selasa 25 Mar 2014 05:34 WIB
Kunjungan ke Australia

Australia Butuh Lebih Banyak Guru Bahasa Indonesia

Suasana kegiatan belajar para siswa di Tranby College, Australia Barat.
Foto: Republika/Fernan Rahadi
Suasana kegiatan belajar para siswa di Tranby College, Australia Barat.

REPUBLIKA.CO.ID, PERTH -- Antusiasme masyarakat Australia untuk belajar bahasa Indonesia kian tahun semakin besar. Sayangnya, hal tersebut tidak didukung dengan ketersediaan guru-guru yang sanggup mengajar bahasa Indonesia.

Kepala Balai Bahasa Indonesia Perth, Karen Bailey, mengungkapkan pihaknya sangat menyadari kekurangan guru-guru bahasa Indonesia di Australia. Menurutnya butuh waktu untuk meningkatkan jumlah guru mengingat tidak mudah untuk mengajar bahasa Indonesia.

"Kami membutuhkan orang-orang muda dan energik yang benar-benar mengerti bahasa Indonesia dan tahu bagaimana cara mengajar bahasa tersebut. Orang-orang seperti itu cukup langka di sini," kata Karen kepada Republika saat ditemui di kantor Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) di Perth, Australia, Senin (24/3) malam.

Menurut Karen, lembaganya tidak bisa sembarangan merekrut orang-orang Indonesia untuk menjadi guru bahasa Indonesia, seperti halnya banyak lembaga kursus di Indonesia merekrut orang-orang Australia untuk mengajar bahasa Inggris.

"Kami memiliki tiga guru dari Indonesia yang disebar di berbagai sekolah-sekolah di Australia. Namun kami tidak tergantung pada orang-orang Indonesia. Kemampuan berbahasa Indonesia tidak selalu dimiliki oleh orang-orang Indonesia," kata Karen.

Vicki Richardson, salah seorang guru senior di Tranby College, sebuah sekolah swasta di Australia Barat, mengatakan sebenarnya minat murid-murid di sekolahnya untuk mempelajari bahasa Indonesia cukup besar. Apalagi sejak SD sampai SMP bahasa Indonesia menjadi mata pelajaran wajib di sekolah tersebut.

Sayangnya, 1-2 tahun belakangan ini jumlah siswa SMA yang meminati kelas bahasa Indonesia di Tranby College agak menurun. Hal itu salah satunya disebabkan sekolahnya hanya memiliki satu guru saja untuk mengajar bahasa Indonesia, yakni dirinya sendiri.

Saat berhalangan, Vicki mengaku bingung untuk mencari guru pengganti. "Padahal guru merupakan faktor yang sangat penting bagi murid untuk menyukai bahasa Indonesia. Saat mereka menyukai seorang guru,maka mereka akan mengikuti guru tersebut," ujar Vicki.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement