Jumat 13 Dec 2013 09:34 WIB

Disesalkan TIK Dihapus dari Mata Pelajaran SD

Rep: andi nur aminah/ Red: Taufik Rachman
Siswa SD (ilustrasi)
Foto: ANTARA/Seno S
Siswa SD (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Tidak diwajibkannya lagi mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) bagi siswa SD, akan membuka lebar bagi anak-anak untuk konsumtif dan tidak produktif memanfaat TIK. Padahal, justru saat ini siswa harus mendapat dorongan positif untuk memanfaatkan TIK.

Ketua Forum Telematika Kawasan Timur Indonesia (KTI), Hidayat Nahwi Rasul, menyayangkan langkah Kemendikbud, dalam hal ini Disdikbud DKI Jakarta. Menurutnya, tidak diwajibkannya bahasa inggris dan mata pelajaran TIK di SD akan memengaruhi kemampuan daya saing generasi baru  Indonesia.

Dia mengatakan, kondisi kekinian terkait tenologi informasi sudah sangat berkembang. Hidayat menggambarkan, saat ini pasar  begitu memanjakan konsumen dengan gadget terbaru. Orang-orangpun  semaakin banyak yang terhubung dengan internet. ''Saat ini anak-anak kita sudah  menjadi sebuah generasi baru yaitu net generation,'' ujar Hidayat, Jumat (13/12).   

Kondisi saat ini, orang-orang yang bersentuhan dengann internet terus bertambah. Sampai-sampai, kata dia, bayi pun sudah tersentuh dengan gadget dan intensif berinteraksi melalui  internet. Karena itu, disinilah pentingnya keberadaan mapel TIK dan bahasa inggris. Kedua pelajaran tersebut, menurutnya, penting  untuk memberi arah dan mengisi ruang kosong kepribadian anak sebelum diisi dengan nilai-nilai yang tak jelas dan bersumber dari  internet.

Menurut alumni Komunikasi Unhas ini, justru mapel TIK bukannya dihilangkan, tapi malah diperkaya dengan memperkenalkan  materi internet sehat. Mengajarkan siswa  membuat blog, bagaimana etika di dunia maya, serta pengenalan-pengenalan awal skill aplikasi dan sebagainya.

Karena internet bagaikan pisau bermata dua, Hidayat menegaskan, maka menjadi kewajiban kita untuk  mengajarkan anak didik bagaimana memanfaatkan pisau untuk kebaikan dan kebenaran,  bukan justeru untuk membunuh.

 

Dengan terus melonjaknya pengguna internet, hal tersebut berimpplikasi pada banyaknya konten dari berbagai nilai dan pikiran yang berseliweran di dunia maya. Dia menyebut saat ini sekitar tiga miliar pengakses internet. Dan 2014 Indonesia tercatat ada sekitar 100 juta orang. ''Bagaimana berinternet sehat itu harus dikampanyekan,'' tegasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement