Jumat 18 May 2018 15:16 WIB

Dosen UAD Kembangkan Metode Deteksi Aktivitas Gunung Merapi

RSAM menempati peranan strategis dalam monitoring aktivitas seismik gunung api

Rep: Eric Iskandarsjah/ Red: Fernan Rahadi
Universitas Ahmad Dahlan (UAD).
Foto: Republika/Wahyu Suryana
Universitas Ahmad Dahlan (UAD).

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Merapi adalah salah satu gunung api aktif di Pulau Jawa yang terletak di perbatasan Provinsi DIY dengan Jawa Tengah. Gunung api yang mempunyai ketinggian 2.978 meter dan dimeter 28 kilometer ini bahkan juga merupakan salah satu gunung api teraktif di dunia.

Melihat fakta itu, dosen fisika Universitas Ahmad Dahlan (UAD) pun tertarik untuk mengembangkan alat deteksi aktivitas seismik atas gunung tersebut. Dosen itu adalah Umi Salamah dan Qonitatul Hidayah.

Menurut Umi, salah satu instrumentasi yang digunakan untuk memonitoring aktivitas vulkanik Gunung Merapi adalah Real-time Siesmic Amplitude Measurement (RSAM).

"RSAM merupakan sistem yang menyediakan pengukuran berkelanjutan mengenai amplitude seismik rata-rata absolut dari jumlah stasiun seismik," kata Umi kepada Republika, Jumat (18/5).

RSAM menempati peranan strategis dalam monitoring aktivitas seismik gunung api terutama pada saat krisis menjelang erupsi. Ia mengatakan, RSAM yang ada saat ini, melakukan sampling dengan frekuensi 60 Hz untuk tiap stasiun, atau 60 sampel per detik. Untuk masing-masing stasiun amplitude dirata-ratakan untuk periode 10 menit dan dikirim ke memori komputer.

Dalam penelitian ini telah merancang sistem RSAM menggunakan sensor geophone. Penelitian ini telah menyelesaikan rancangan modul elektronik, rancangan interface dan komputerisasi sistem tersebut. "Pengujian awal juga telah dilakukan dan mendapatkan respon sinyal seismik yang cukup bagus," ujarnya.

Hal tersebut ditunjukan dengan kemiripan sinyal seismik yang diperoleh pada pengujian awal dengan sinyal referensi. Pengujian skala laboratorium selanjutnya dilakukan dengan menentukan beberapa variabel yang diujikan untuk mengetahui respon sistem RSAM terhadap varibel yang divariasikan tersebut, antara lain besar sumber getaran dan jarak sumber getaran.

Menurutnya,Gunung Merapi merupakan gunungapi bertipe strato dengan komposisi magma basaltic-2 andesitic yang memiliki luas 300 hingga 400 kilometer persegi dan volume 150 kilometer kubik. Secara umum aktivitas vulkanik Gunung Merapi dimulai dengan ekstrusi magma pada kubah yang disertai dengan runtuhnya sebagian kubah sehingga menyebabkan longsoran batuan dan guguran piroklastik, hingga akhirnya mengalami erupsi besar.

Ia pun menekankan, gunung ini merupakan salah satu gunung api teraktif di Indonesia. Gunung ini sangat berbahaya karena menurut catatan modern mengalami erupsi (puncak keaktifan) setiap dua sampai lima tahun sekali dan dikelilingi oleh permukiman yang sangat padat.

"Oleh sebab itu, monitoring aktivitas vulkanik Gunung Merapi menjadi hal yang sangat penting dan dalamcatatan Decade Vulcanoes, Merapi menjadi salah satu dari enam belas gunung api dunia yang termasuk dalam proyek Gunung Api Dekade Ini," kata dia.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement