Senin 07 May 2018 14:11 WIB

Konser Amal Rayakan Perjalanan Bermusik Prof Adi Utarini

Donasi yang diberikan dari seluruh hasil penjualan tiket.

Rep: Neni Ridarineni/ Red: Yusuf Assidiq
Salah satu penampilan dalam gelaran konser amal dengan tema Life Passion & Musik.
Foto: Neni Ridarineni.
Salah satu penampilan dalam gelaran konser amal dengan tema Life Passion & Musik.

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Sekitar 2,5 jam ratusan penonton terpukau dengan alunan musik piano yang dibawakan oleh seorang akademisi Prof Adi Utarini dalam konser amal dengan tema Life Passion & Musik di Auditorium Driyarkara  Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, Sabtu (5/5) malam.  Padahal musik bukanlah profesinya.

Konser amal ini digagas dengan dua tujuan. Seperti dijelaskan produser konser amal Prof Laksono  Trisnantoro, pertama, untuk mendapatkan pengalaman menggali dana inovatif  untuk pelayanan kesehatan berbasis filantropis yang hasilnya diserahkan kepada Yayasan Kanker Indonesia Cabang DIY yakni untuk membangun rumah singgah.

Adapun kedua, konser amal ini merupakan sebuah celebration untuk merayakan perjalanan bermusik Prof Adi Utarini (53 tahun), seorang dosen senior  yang sudah 28 tahun bekerja di Fakultas Kedokteran Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan (FKKMK).

‘’Konser ini merupakan perayaan dalam balutan semangat berbagi kepada sesama, syukur terhadap kebersamaan bekerja, dan ungkapan terima kasih dari Departemen Kebijakan Manajemen Kesehatan FKKMK UGM untuk Prof Uut (sapaan akrab Prof Adi Utarini),’’ kata Prof Laksono, yang juga ketua Departemen Kebijakan dan Manajemen Kesehatan FKKMK UGM ini.

Tiga lagu klasik pertama (Ah, vous dirais je Maman, Twinkle-twinkle Little Star, medley Lir-ilir,  Gethuk, dan Fragmen, Rondo Capriccioso Op.14) dibawakan dalam format solo piano oleh Prof Uut yang menggambarkan masa kanak-kanaknya ketika awal belajar piano di Malaysia pada usia tujuh tahun hingga akhir belajar piano. 

Kemudian solis vokal seorang dokter, Jodi Visnu. membawakan lagu Non Ti Scordar Di Me tampil dalam konser amal pula. Suasana berbeda lewat lagu Star Wars disuguhkan oleh Prof Uut dengan electone. Lagu tersebut pernah mengantarkannya menjuarai festival electone tingkat DIY-Jateng pertengahan tahun 1980-an.

Prof Uut lantas mengiringi penampilan paduan suara Paramaksi & Friend dengan iringan Gadjah Mada Chamber Orchestra (GMCO) dengan lagu-lagu medley Nusantara. Hal ini mencerminkan pertama kalinya pula Prof Uut mengiringi paduan suara dalam lomba paduan suara ibu-ibu DIY ke tingkat nasional kala itu.

Kali ini Prof Uut bermain bersama band SKE dengan GMCO dengan aliran rock artrock dalam musik band Genesis. Lagu-lagu yang dibawakan berjudul Behind the Line, Misunderstanding, Firth of Fifth, dan Invisible Touch.

Perjalanan Prof Uut dalam bermusik ketika menginjak masa menempuh hidup baru sambil melanjutkan studi pascasarjana. Sehingga nuansa penuh romantika terasa dalam babak ini dengan membawakan lagu  Janji Suci yang merupakan lagu pertama pengalaman Prof Uut menjadi solis piano dalam orkestra bersama GMCO.

Kemudian Prof Uut mengiringi putrinya yang membawakan lagu berjudul Anugerah Terindah yang Pernah Kumiliki. Musik menjadi simbol kegembiraan  bagi Prof Uut dalam menjalin pertemanan. Pada kesempatan ini ia berkolaborasi dengan Oldies Section Band dan tim Line Dance yang membawa penonton kepada suasana klimaks penuh kegembiraan bersyukur pada konsel amal.

Dengan lagu-lagu yang dibawakan berjudul September, Inikah Cinta, Prahara Cinta, dan Rame-rame.  Sebelum  konser selesai, dilakukan penyerahan donasi dari panitia konser amal kepada Wakil Ketua II YKI Cabang DIY KRAy SM Anglingkusumo dam Wakil Ketua V YKI Cabang DIY Tuti Indarsih Loekman Soetrisno. ‘’Sampai Sabtu malam telah terkumpul donasi Rp 309 juta dari hasil penjualan tiket,’’ kata Prof Laksnono.

Wakil Ketua II YKI Cabang DIY KRAy SM Anglingkusumo mengatakan tim konser amal yang memberikan donasi kepada YKI luar biasa dan  profesional. "Direncanakan dengan tertib dan sangat teliti, sehingga donasi yang diberikan seluruh hasil penjualan tiket tanpa dipotong apa-apa. Sedangkan untuk operasional dicarikan sponsor," kata Anglingkusumo.

Rencananya donasi tersebut untuk membuat rumah singgah sebanyak 32 kamar dan dana yang diperlukan sekitar Rp 7 miliar. ‘’Sekarang baru terkumpul Rp 1miliar. Harapan kami kekurangannya bisa diperoleh dari para pengusaha. Sehingga mudah-mudahan impian dari YKI Cabang DIY bisa terwujud. Karena sekarang makin banyak pasien kanker dan yang memerlukan rumah singgah,’’ujarnya.

Akhir dari konser amal ini para penonton diajak untuk bergoyang bersama MicxLine Dancer  sambil membawa bendera kecil berwarna pink dengan diiringi lagu  Copacabana dan  Volare.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement