Selasa 24 Apr 2018 18:00 WIB

Pendidikan Tinggi di Indonesia Harus Berinovasi

Dunia global tengah memasuki revolusi industri generasi keempat.

Rektor Universitas Darma Persada (Unsada), Dr. Dadang Solihin, S.E., M.A.
Foto: Istimewa
Rektor Universitas Darma Persada (Unsada), Dr. Dadang Solihin, S.E., M.A.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Perkembangan teknologi yang bergerak begitu pesat di dunia sudah seharusnya disikapi oleh sistem pendidikan tinggi di Indonesia. Negara-negara maju, yang selama ini menjadi pusat perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, sudah menyadari adanya perubahan akibat dari perkembangan teknologi yang cenderung disruptif.

"Perubahan disruptif, yakni menjungkirbalikkan sistem yang berlaku hingga akhirnya terjadi perubahan mendasar, tak boleh diabaikan. Artinya, perguruan tinggi pun tak lepas dari ancaman disrupted bila tidak segera melakukan perubahan dan menyesuaikan peranannya di dunia pendidikan," kata Rektor Universitas Darma Persada (Unsada), Dr. Dadang Solihin, S.E., M.A., saat berbicara pada

acara Universitas Sangga Buana YPKP Bandung, belum lama ini.

Dadang menjelaskan saat ini dunia global tengah memasuki revolusi industri generasi keempat (Fourth Industrial Revolution, 4IR). Lalu dalam perubahan yang terjadi ini, kata dia, tidak bisa dipisahkan dengan pergeseran perilaku masyarakat yang kian adaptif terhadap perkembangan teknologi. Untuk itu, lanjutnya, perguruan tinggi harus bisa mengantisipasinya.

"Dalam hal ini bagaimana mempersiapkan langkah untuk merespons tantangan dalam memposisikan dirinya sebagai penyedia jasa layanan pendidikan tinggi. Inilah yang harusnya dipersiapkan sejak dini," ujarnya.

Lalu untuk merespons perubahan yang bergerak cepat tadi, Dadang mengatakan, perlu kiranya untuk melihat perguruan tinggi itu sebagaimana halnya suatu perusahaan. Pada era disruptif teknologi, kata dia, perguruan tinggi harus lebih responsif dan cepat beradaptasi terhadap perubahan yang ada.

"Perguruan tinggi harusnya bisa secara dini mengindentifikasi tantangan yang akan mereka hadapi di masa mendatang. Setidaknya diperlukan proyeksi jangka panjang, 15-30 tahun ke depan untuk mencermati perubahan perilaku masyarakat," paparnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement