Selasa 24 Apr 2018 16:48 WIB

'Perguruan Tinggi Tanggung Jawab Didik Generasi Penerus'

Ada dosen dan guru yang terpapar paham radikal

Kepala BNPT - Komjen. Pol. Suhardi Alius
Foto: Republika/Iman Firmansyah
Kepala BNPT - Komjen. Pol. Suhardi Alius

REPUBLIKA.CO.ID, DEPOK -- Rektor dan pengelola perguruan tinggi diminta bertanggung jawab dalam mendidik para generasi muda khususnya mahasiswa agar tidak terpapar radikalisme dan terorisme. Jangan sampai mereka nantinya  tercemari dengan hal-hal yang dapat menggoyang keutuhan NKRI.

“Ini karena para mahasiswa, dan anak-anak di rentang umur 15-25 tahun itu punya potensi untuk disusupi paham-paham radikal terorisme itu. Ini yang harus kita jaga, mereka harus dididik yang benar. Perguruan Tinggi bertanggung jawab atas itu, agar ada semacam daya tahan untuk mereka,” ujar Kepala BNPT, Komjen Pol Suhardi Alius dalam sambutanya pada acara penandatanganan Nota Kesepahaman (MoU) antara Universitas Indonesia (UI) dengan BNPT terkait Pendidikan, Penelitian, Pengabdian terhadap Masyarakat dan Pengembangan kelembagaan dalam rangka penanggulangan terorisme.

Lebih lanjut mantan Sekretaris Utama (Sestama) Lemhanas ini mengatakan, bukan hanya kepada mahasiswa saja, tetapi juga para dosen. Karena dari hasil investigasi yang dilakukan BNPT ada juga dosen dan guru yang terpapar paham radikal.

“Untuk itu kita minta pada Menristek Dikti, Mendikbud agar perekrutan guru dan dosen itu bisa diperketat lagi agar nantinya tidak melahirkan paham-paham radikal pada anak didiknya,” ujar Suhardi dalam siaran persnya, Selasa (24/4).

Mantan Kabareskrim Polri ini  juga mengatakan, tentunya dibutuhkannya peran-peran dari  pada dosen dan rektor serta para ahli untuk mendukung pencegahan paham radikal terorisme ini. Karena  tidak semua metode pencegahan akan sesuai, yang mana dibutuhkan cara dan pola tertentu sesuai tempat dan situasinya.

“Terorisme memang ancaman global, tapi yang bisa mengindentifikasi akar masalahnya ya dari negara masing-masing, kita butuh para pakar, para ahli, para professor untuk mengindetifikasi masalahnya, sehingga bisa didapatkan cara dan formula yang pas untuk mencegah dan menanggulanginya,” kata alumni Akpol tahun 1985 ini.

Tak lupa, mantan Kapolda Jawa barat ini juga menyinggung tentang kegiatan yang sebelumnya ia adakan bersama Kemenristekdti dengan mengumpulkan 3.000 rektor perguruan tinggi se Indonesia terkait penguatan rektor dan perguruan tinggi dalam menangkal radikalisme dan terorisme.

“Kita juga sudah adakan kegiatan mengumpulkan 3.000 rektor di Bali, kita minta kepada para rektor perguruan tinggi agar bertanggung jawab terhadap anak muda, dalam mendidik mereka, sehingga tidak terpapar radikalisme dan terorisme,” ungkap pria kelahiran Jakarta ini.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement