Kamis 15 Mar 2018 11:54 WIB

Penyuluh Pertanian Wajib Disertifikasi

Indonesia adalah negara agraris dan membutuhkan ahli-ahli pertanian yang handal.

Rep: Arie Lukihardianti/ Red: Agus Yulianto
Dekan Fakultas Pertanian Unma, Dr Sri Ayu Andayani (Foto: Arie Lukihardianti/Republika)
Foto: foto: arie lukihardianti/republika
Dekan Fakultas Pertanian Unma, Dr Sri Ayu Andayani (Foto: Arie Lukihardianti/Republika)

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Universitas Majalengka (Unma), dipercaya oleh kementrian pertanian menjadi Tempat Uji Kompetensi (TUK). Bahkan, pada Desember 2017, telah dilaksanakan uji kompetensi yang pertama dengan 45 peserta dari Cirebon.

"Bagi saya, inu adalah suatu  kebanggaan yang harus dipertanggungjawabkan dengan kerja keras. Karena, alhamdulilah di wilayah III baru Faperta Unma yang punya TUK dengan kajian bidang Penyuluhan Pertanian, Produksi Bibit dan Pertanian Organik," ujar Dekan Fakultas Pertanian Unma, Dr Sri Ayu Andayani,kepada Republika.co.id, Kamis (15/3).

Menurut Ayu, ke depannya tentu saja pihaknya akan menggarap Majalengka agar bisa uji kompetensi. Karena, di daerah ini pun banyak alumni Unma. Sebenarnya, memang ke depannya semua lulusan perguruan tinggi wajib disertifikasi. Karena, perguruan tinggi ini punya kewajiban menghasilkan sumber daya manusia (SDM) yang kompeten di bidangnya.

”Jadi kita perguruan tinggi wajib memfasilitasi ke arah itu, di luar negeri itu baby sitter dan tukang las saja harus punya sertifikat,” katanya.

Di bawah kepemimpinannya, kata Ayu, Fakultas Pertanian Unma memang banyak mengalami perubahan yang berarti. Belum genap setahun menjabat dekan, ia sudah sibuk menata fakultasnya ke arah lebih baik, berjibaku membimbing setiap prodi menghadapi proses akreditasi.

Hasilnya, kata dia, tiga program studi yang ada di bawah fakultas pertanian yaitu program studi agroteknologi,  agribisnis, dan program studi peternakan meraih akreditasi baik dari BAN-PT. Selain itu dosen-dosen tetapnya terus disupport agar menumbuhkembangkan minat penelitiannya dan menulis di jurnal.

"Alhamdulillah, hasilnya mulai dari tahun 2015 sampai sekarang dosen yang lolos hibah dikti semakin meningkat," kata Dekan  kelahiran Majalengka, 17 Desember 1974 ini.

Dia mengaku, awalnya tidak bermimpi berkiprah di dunia pertanian. Karena, cita-citanya selepas SMA masuk fakultas kedokteran, tapi berhubung tidak lolos seleksi, masuk ke Diploma Tiga Agribisnis Fakultas Pertanian Unpad,.

"Tapi ternyata malah betah, apalagi Indonesia adalah negara agraris dan membutuhkan ahli-ahli pertanian yang handal dan professional, ironis sekali kalau sampai mengimpor hasil pertanian dari negara lain. Saya waktu itu berpikir begitu," katanya.

Kecintaannya terhadap dunia pertanian dibuktikan dengan  meraih gelar sarjana (S-1) di Agribisnis Faperta Unpad dan magister pertanian (S-2) kemudian dilanjutkan ke jenjang doktoral (S-3) dan lulus pada tahun 2015,  “Saya ingin terus melakukan terobosan-terobosan sebagai sumbangsih untuk lembaga  dan masyarakat,” ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement