Jumat 09 Mar 2018 11:46 WIB

ITB Ciptakan Aplikasi Mitigasi Banjir

Aplikasi bernama FEWEAS mengantisipasi bencana banjir di sekitar Sungai Citarum.

Penduduk menggunakan perahu menyusuri jalan yang telah terendam banjir luapan Sungai Citarum, di Kecamatan Baleendah, Kabupaten Bandung, Ahad (25/2).
Foto: Republika/Edi Yusuf
Penduduk menggunakan perahu menyusuri jalan yang telah terendam banjir luapan Sungai Citarum, di Kecamatan Baleendah, Kabupaten Bandung, Ahad (25/2).

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Institut Teknologi Bandung (ITB) didukung BPBD Jawa Barat, BBWS Citarum, Kementerian PUPR, PUSAIR hingga International Federation of Red Cross and Red Crescent Societies (IFRC), membangun aplikasi bernama FEWEAS mengantisipasi bencana banjir di sekitar Daerah Aliran Sungai Citarum.

Pakar/Dosen ITB di bidang Meteorologi yang memimpin tim pembangunan FEWEAS Dr Armi Susandi, dalam siaran pers Direktorat Humas dan Alumni ITB, Jumat (9/3), menyatakan FEWEAS (Flood Early Warnng and Early Action System) adalah sebuah aplikasi berbasis sistem Android, iOS dan Web-Based untuk mengantisipasi bencana banjir di sekitar Daerah Aliran Sungai Citarum bernama FEWEAS.

"FEWEAS Citarum merupakan generasi ke-dua setelah FEWEAS sebelumnya dibangun untuk wilayah sungai Bengawan Solo," kata Armi.

Ia menuturkan pengadaan stasiun pengamatan tergolong mahal, terutama perawatannya sehingga ITB bekerja sama dengan instansi Perum Jasatirta II untuk tiga belas titik pos duga air di DAS Citarum yang terhubung dengan aplikasi FEWEAS. Ketiga belas titik tersebut adalah Siphon Cibebet, Jengkol Weir, Macan Weir, Gadung Weir, Salamdamra Weir, Bendungan Cikarang, Bendungan Cibeet, Siphon Bekasi, Bendungan Walahar, Tailrace, Majalaya, Bendungan Cisomang.

"Selain itu juga ditambah dukungan 12 pos curah hujan dan enam pos cuaca yang tersinkronisasi dengan aplikasi FEWEAS," kata Armi.

Menurut dia sistem yang merupakan kombinasi dari informasi prediksi cuaca dan prediksi genangan resolusi tinggi hingga satu Km, dinilai memiliki ketepatan tinggi. Tidak hanya itu, kata dia, aplikasi FEWEAS mudah digunakan oleh masyarakat secara umum. Masyarakat juga dapat berbagi informasi menggunakan aplikasi FEWEAS.

"Informasi yang dikirim FEWEAS adalah prediksi jangka pendek, menengah dan informasi observasi near real time," kata dia.

Prediksi jangka pendek di antaranya status kewaspadaan banjir, genangan, tinggi muka air, dan cuaca dalam interval satu jam untuk tiga hari ke depan. Prediksi jangka menengah di antaranya prediksi kerentanan banjir dalam interval 10 hari untuk lima tahun ke depan.

Pengamatan curah hujan dan tinggi muka air diukur sepanjang DAS Citarum menggunakan beberapa peralatan yaitu Automatic Weather Station (AWS) untuk pengamatan cuaca, Automatic Water Level Recorder (AWLR) untuk mengukur tinggi muka air, dan Automatic Rain Gauge untuk mengukur curah hujan. Selain prediksi bencana banjir, aplikasi FEWEAS juga memberikan rekomendasi tindakan aksi mitigasi bencana untuk mengurangi risiko dampak bencana berdasarkan hasil prediksinya.

Untuk mengirimkan prediksi bencana pada masyarakat, FEWEAS juga dilengkapi dengan fitur Common Alerting Protocol (CAP) sebagai pendukung keputusan yang berguna untuk mengumumkan status kewaspadaan dan mengirim secara otomatis lewat web, Android/iOS, atau SMS. Pada aplikasi ini terdapat pula pilihan adaptasi untuk mengurangi level kerentanan bencana banjir dari hulu hingga hilir untuk lima tahun ke depan.

Lebih lanjut ia mengatakan sebagai pilot project, FEWEAS saat ini telah digunakan oleh masyarakat untuk mengantisipasi banjir di daerah aliran Sungai Bengawan Solo yang melewati dua provinsi, Jawa Tengah dan Jawa Timur. FEWEAS juga mudah untuk dimengerti. Dari hasil survei selama latihan, lebih dari 90 persen partisipan mengerti tentang fitur yang tersedia dalam FEWEAS dan dapat menggunakan informasinya dalam mengambil tindakan awal.

FEWEAS generasi pertama tersebut dilakukan pada 30 Maret 2016 oleh Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Jawa Tengah. Setelah peluncuran, FEWEAS mengalami beberapa augmentasi seperti fitur tindakan awal serta fitur CAP yang telah disebutkan sebelumnya. Kesuksesan FEWEAS di Bengawan Solo memberi dampak positif pada pengembangan selanjutnya.

Masyarakat waktu itu meminta FEWEAS juga dikembangkan untuk aliran Sungai Citarum dan Ciliwung. FEWEAS Ciliwung kini statusnya masih menunggu investor. Permintaan tersebut juga datang dari pihak swasta dan pemerintah daerah tersebut.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement