Jumat 23 Feb 2018 08:15 WIB

UGM Sukses Kembangkan Vaksin Rotavirus Baru untuk New Born

Rotavirus masih menjadi penyebab kematian 215 ribu anak di bawah usia lima tahun.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Gita Amanda
Pemberian vaksin Rotavirus kepada balita. Ilustrasi.
Foto: medindia.net
Pemberian vaksin Rotavirus kepada balita. Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Universitas Gadjah Mada (UGM) berhasil mengembangkan vaksin rotavirus jenis baru RV3-BB. Vaksin ini memberikan perlindungan lebih awal kepada bayi baru lahir atau new born dan anak kecil dari diare akibat rotavirus.

Vaksin yang dikembangkan peneliti-peneliti Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan UGM bersama Murdoch Children Research Institute (MCRI) Australia itu terbukti mampu menurunkan terjadinya peradangan pada saluran pencernaan rotavirus berat pada bayi.

Rotavirus masih menjadi penyebab diare berat, dan secara global telah menyebabkan kematian 215 ribu anak di bawah usia lima tahun. Sedangkan, di Indonesia telah diperkirakan menyebabkan 10 ribu kematian anak, 200 ribu rawat inap dan 600 ribu rawat jalan setiap tahun.

Ketua Regional untuk penelitian gastroentrologi anak-anak dan rotavirus di Indonesia, Profesor Yati Soenarto mengatakan, vaksin rotavirus pertama dikenalkan Ruth Bishop dari MCRI pada 1973. Lalu, UGM dan MCRI berupaya megembangkan vaksin RV3 oral jenis baru ke bayi baru lahir.

"Vaksin rotavirus yang beredar saat ini hanya dapat diberikan ke bayi berusia lebih dari enam pekan, sehingga bayi-bayi baru lahir masih rentan terhadap infeksi rotavirus, vaksin jenis baru ini dapat diberikan kepada semua bayi sesaat setelah lahir," kata Yati, Kamis (22/2) lalu.

Ia menekankan, dengan memberikan vaksin rotavirus sesaat setelah kelahiran bayi, diharap mampu memberikan perlindungan kepada bayi dari penyakit mematikan. Terlebih, tidak sedikit bayi-bayi yang luput dari kesempatan vaksinasi selanjutnya.

Bahkan, lanjut Yati, itu semua terjadi saat resiko terkena rotavirus berat sangat tinggi. Vaksin rotavirus jenis baru ini sendiri telah diujikan secara klinis di 25 puskesmas dan rumah sakit di Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dan Kabupaten Klaten, Jawa Tengah.

Vaksin diberikan kepada 1.649 bayi pada lima hari pertama usianya hingga 18 bulan dalam tiga dosis tunggal. Hasilnya 94 persen bayi terlindungi pada tahun pertama hidupnya, terhadap gastroenteritis rotavirus akut.

"Dan, 75 persen dari bayi terlindungi hingga usia 18 bulan," ujar peneliti utama uji klinik vaksin rotavirus Indonesia, Jarir At Thobari.

Uji klinis fase akhir dan pencapaian dari penelitian yang telah dilakukan sejak 1990-an di Australia. Penelitian fase pertama dilakukan di Meulbourne dan Selandia Baru dan sukses mengetahui bagaimana sistem imun merespon aksin dan kemampuan melindungi diare berat bayi.

Selanjutnya, penelitian dilakukan di Indonesia sejak 2013 sampai 2016 untuk mengetahui efektivitas vaksin dalam menurunkan gastroenteritis rotavirus pada bayi. Sesuai rencana, vaksin ini akan diproduksi secara massal pada 2020 mendatang.

"Vaksin RV3-BB ini juga diharapkan dapat masuk dalam Program Imunisasi Nasional," kata At Thobari.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement