Kamis 22 Feb 2018 22:44 WIB

Dosen ITS Ingin Wujudkan Biaya Pembangkit Listrik Termurah

Fleksibilitas pembangkit konvensional masih sangat kurang sehingga merugikan

Rep: Dadang Kurnia/ Red: Esthi Maharani
Pembangkit listrik
Foto: ABC News
Pembangkit listrik

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Dosen Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya Ni Ketut Aryani berpendapat, ketidakseimbangan sistem distribusi pada transmisi energi listrik, menyebabkan kerugian yang sangat besar pada pembangkit listrik. Melalui penelitian untuk disertasinya, Aryani berharap kerugian tersebut dapat teratasi.

Solusi dari hasil penelitiannya tersebut pun telah dipresentasikan dalam sidang doktor di Departemen Teknik Elektro ITS pada Rabu (21/2). Dalam sidang terbuka yang dipimpin Yoyon Kusnendar Suprapto, promovenda yang akrab disapa Aryani ini menjelaskan permintaan daya listrik dari konsumen saat ini semakin meningkat.

"Namun, fleksibilitas pembangkit konvensional masih sangat kurang, sehingga mengakibatkan kerugian pada pembangkit listrik," ujar Aryani seperti tertulis dalam siaran persnya, Kamis (22/2).

 

(BAca: Dosen ITS Raih Gelar Doktor Setelah Teliti Sel Surya)

photo
Dr Ni Ketut Aryani saat mempresentasikan disertasinya.

Dipromotori oleh Adi Soeprijanto dan I Made Yulistya Negara, Aryani berhasil melakukan kombinasi Unit Commitment (UC), Economic Dispatch, dan metode Quantum Evolutionary Algorithm (QEA). Sehingga menghasilkan penjadwalan dan pembebanan optimum pada Distributed Generation (DG).

UC merupakan penjadwalan pembangkit listrik harian sampai mingguan untuk mencapai tujuan optimasi dengan tetap memperhatikan batasan sistem dan batasan unit pembangkit. Penelitian ini menggunakan UC untuk menentukan waktu kapan setiap pembangkit akan diberi beban, on atau off-nya.

"Sedangkan, Economic Dispatch digunakan untuk menganalisa peminimalan biaya pembangkitan," ujar perempuan kelahiran Singaraja, 1 September 1965 ini.

Ariyani pun menjelaskan, Economic Dispatch beroperasi berdasarkan pembagian pembebanan pada unit-unit pembangkit yang ada dalam sistem secara optimal dan ekonomis pada nilai beban sistem tertentu. Sehingga, biaya operasional termurah dapat tercapai.

Penelitian yang dilaksanakan sejak 2010 ini menggunakan metode QEA untuk menyelesaikan masalah penjadwalan dan pembebanan unit pembangkit pada sistem distribusi yang tidak seimbang. Sehingga optimalisasi DG yang tidak dapat diperbaharui dan pemenuhan keseimbangan daya dapat diwujudkan.

Aryani juga menjelaskan beberapa keuntungan penggunaan DG. Diantaranya meningkatkan keandalan sistem, ramah lingkungan, mengurangi rugi daya, serta mampu melayani beban secara mandiri maupun terhubung dengan grid.

Menurutnya, pengunaan DG juga memiliki potensi yang sangat besar, serta mudah digunakan. Khususnya di daerah-daerah yang terisolasi, dengan menggunakan pembangkit-pembangkit kecil.

Berdasarkan pertimbangan dari pemaparan hasil penelitian Aryani dalam disertasinya tersebut, Komisi Pertimbangan Fakultas yang diketuai oleh Ontoseno Penangsang menyatakan Aryani lulus menyandang gelar doktor dengan predikat sangat memuaskan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement