Selasa 19 Dec 2017 20:46 WIB

Diundang UGM, Menhan Bicara Ancaman Terorisme

Menteri Pertahahan (Menhan) Ryamizard Ryacudu menghadiri seminar nasional bela negara sekaligus dies natalis ke-68 Universitas Gadjah Mada ( UGM) Yogyakarta, Selasa (19/12).
Foto: dokpri
Menteri Pertahahan (Menhan) Ryamizard Ryacudu menghadiri seminar nasional bela negara sekaligus dies natalis ke-68 Universitas Gadjah Mada ( UGM) Yogyakarta, Selasa (19/12).

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Menteri Pertahahan (Menhan) Ryamizard Ryacudu menghadiri seminar nasional bela negara sekaligus dies natalis ke-68 Universitas Gadjah Mada ( UGM) Yogyakarta, Selasa (19/12). Turut hadir dalam seminar tersebut Kapolri Jenderal Tito Karnavian, Dirjen Politik dan Pemerintahan Umum (Ditjen Polpum) Kemendagri Mayjen (Purn) Soedarmo, dan civitas akademika UGM. 

Dalam paparannya, Menhan menyinggung soal ancaman, gangguan, hambatan, dan tantangan kedaulatan bangsa di masa kini. Menhan menyebut, ada dua jenis dimensi  ancaman yang akan dihadapi oleh Ibu Pertiwi. Ancaman tersebut termasuk perang terbuka atau konvensional serta ancaman terorisme dan radikalisme.

"Perang terbuka antarnegara saat ini mungkin saja terjadi. Meskipun, ancaman ini terbilang masih sangat kecil. Tetapi, tetap harus dipersiapkan karena sewaktu-waktu dapat berubah menjadi ancaman nyata apabila keutuhan dan kedaulatan serta keselamatan bangsa dan egara terganggu dan diserang," ujar Menhan dalam pidatonya.

Sedangkan ancaman terorisme dan radikalisme, maupun separatisme dan pemberontakan bersenjata, lanjut Menhan, merupakan gangguan nyata yang saat ini sedang dihadapi oleh Indonesia. "Pelanggaran wilayah perbatasan, perompakan dan pencurian sumber daya alam, wabah penyakit, perang siber dan intelijen, serta peredaran dan penyalahgunaan narkoba harus kita waspadai," ujar Menhan.

Selain ancaman fisik tersebut, kata Menhan, Indonesia juga akan mengahdapi ancaman nonfisik yang dampaknya akan lebih besar. Ancaman dan tantangan tersebut berupa serangan ideologis dengan kekuatan soft power yang berupaya untuk merusak mindset dan jati diri bangsa Indonesia.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement