Kamis 05 Oct 2017 16:46 WIB

Dosen UMM Ciptakan Gim untuk Deteksi Gaya Belajar Anak

Rep: Wilda Fizriyani/ Red: Dwi Murdaningsih
Aplikasi Profesor Lenmo.
Foto: ist
Aplikasi Profesor Lenmo.

REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Sebuah tim riset dari Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) menciptakan gim android yang diberi nama Professor Lenmo. Gim yang dijadikan sebagai alatukur modalitas belajar anak ini timbul karena keinginan timnya membuat tim yang sekiranya dapat dipadukan dengan ilmu psikologi. Gim dapat mengindetifikasi kepribadian dengan menghubungkan teknologi.

Koordinator Tim RisetLailatul Husniah menerangkan, selama ini anak biasanya harus menjalankan kegiatan konseling dengan para psikolog dalam suasana yang serius. Ditambah lagi dengan waktu yang cukup lama untuk dihabiskan anak bersama psikolog demi mengetehui gaya anak belajar.

"Dari situasi itu kita ingin membuat alat ukur yang bisa tahu kondisi kepribadian anak terutama gaya belajarnya dengan sebuah gim yang tentu lebih menyenangkan," ujar Dosen Teknologi Informatika UMM ini kepada Republika.co.id di Kota Malang, Kamis (5/10).

Dibandingkan dengan sesi konseling, Lailatul menyebutkan, gimnya hanya perlu waktu singkat untuk mendeteksi gaya belajar anak. Jika dibandingkan secara rinci, gimnya hanya perlu mengambil waktu sekitar 15 menit, sedangkan konseling pada umumnya sebanyak satu jam.

Gim andoridnya ini, kata Laila, bisa mendeteksi gaya belajar anak yang terbagi atas tiga jenis. Tiga gaya belajar itu, yakni visual, auditori dan kinektetis. Gimnya akan mendeteksi apakah anak cenderung memiliki gaya belajar yang lebih ke penglihatan, pendengaran maupun gerakan.

Lailatul mencontohkan bagaimana gimnya menampilkan permainan sehingga dapat mendeteksi gaya belajar anak. Salah satunya berkaitan dengan mengingat warna tabung dengan menampilkan warna yang beragam. Di situ, anak diminta mengingat warna apa saja yang ditampilkan gim melalui penglihatannya dengan diberi batasan waktu sekitar 20 detik.

"Makin lama nanti makin banyak jumlah warna yang perlu diingat dan itu sampai tujuh sampai delapan tabung. Konsep seperti itu untuk mendeteksi apakah anak memiliki gaya belajar visual atau tidak," tambah dia.

Sementara untuk mendeteksi gaya belajar auditori, gimnya akan menyajikan permainan serupa dengan menggunakan suara. Anak-anak diminta mengingat warna tabung berdasarkan suara yang didengarnya dari gim. Setelah selesai, gim akan mendeteksi apakah anak cenderung memiliki gaya visual, auditori atau kinestetik.

Meski sudah terlihat kecanggihannya, gim yang diciptakan bersama para psikolog ini ternyata masih perlu diperbaiki lagi. Terlebih lagi sistem gim yang hanya mengambil sampel secara umum. "Kita baru bisa untuk anak yang usianya 7 sampai 11 tahun, belum spesifik. Dan kita maunya ke depannya lebih spesifik lagi usianya," terangnya.

Atas ciptaannya ini, gim Lailatul belum lama ini mendapatkan dua penghargaan padagelaranInvention, Innovation & Design Exposition(IIDEX) 2017 di Malaysia.IIDEX merupakan pameran dan kompetisi Internasional tahunan yang diadakan oleh University Teknologi Mara (UiTM), Malaysia. Tahun ini IIDEX mengambil tema Innovate to Inspire, yang dimaksudkan untuk mewujudkan penelitian dan inovasi yang selaras dengan rencana strategis pendidikan tinggi nasional dalam menggaet industri komersialisasi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement