Senin 04 Sep 2017 22:11 WIB

Gunakanlah Bahasa Indonesia dengan Santun dan Bermartabat

Suasana kuliah perdana dan talk show alumni yang digelar Prodi Bahasa dan Sastra Indonesia FBS UNJ di kampus UNJ Jakarta, Senin (4/9).
Foto: Dok UNJ
Suasana kuliah perdana dan talk show alumni yang digelar Prodi Bahasa dan Sastra Indonesia FBS UNJ di kampus UNJ Jakarta, Senin (4/9).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Hari-hari ini makin banyak saja pemakai bahasa yang tidak peduli bahasa Indonesia. Fenomena maraknya ujaran kebencian hingga bertebarannya teks-teks bahasa yang mencemarkan nama baik, Universitas Negeri Jakarta (UNJ) menegaskan pentingnya sikap peduli terhadap bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan. Intinya, gunakanlah bahasa Indonesia dengan santun dan bermartabat.

Melalui acara “Kuliah Perdana dan Talkshow Alumni” di Kampus UNJ Rawamangun, Jakarta, Senin (4/9), mahasiswa baru Prodi Bahasa dan Sastra Indonesia FBS UNJ tahun 2017, masyarakat dihimbau untuk tidak sembarang berkata-kata yang dapat mengganggu kehidupan berbangsa. Untuk itu, mahasiswa Prodi Bahasa Indonesia UNJ akan mengambil posisi terdepan dalam mengampanyekan sikap peduli terhadap bahasa Indonesia.

Acara yang dibuka oleh Dekan Fakultas Bahasa dan Seni UNJ, Dr Liliana Muliastuti ini dihadiri 200 mahasiswa dan menghadirkan pembicara dari alumni UNJ. Mereka adalah Syarifudin Yunus  MPd  (dosen dan ketua IKA BINDO UNJ), Dr Ima Rohima MPd (widyaiswara BPSDM Pemprov DKI Jakarta), dan Waridin  MHum (Wakasek SMAN 8 Jakarta). Moderator adalah Lia Marliana, MPhil (kaprodi Bahasa Indonesia FBS UNJ).

 

Siaran pers FBS UNJ yang diterima Republika.co.id, Senin (4/9) menyebutkan, melalui acara ini, mahasiswa baru Prodi Bahasa dan Sastra Indonesia dibekali motivasi dan pencerahan akan pentingnya menjaga marwah kesantunan dalam berbahasa. Sebab, bahasa merupakan pembentuk kepribadian dan karakter pemakai bahasanya.

Untuk itu, kata Syarifudin Yunus, sudah sepatutnya perilaku berbahasa tidak boleh sembarangan. Berbahasa itu harus baik karena sesuai tempatnya, berbahasa pun harus benar karena pas maknanya. Jika berbahasa ada yang tersinggung, maka keterampilan berbahasa kita ada masalah.

“Maraknya ujaran kebencian dan kasus pencemaran nama baik, itu bukti masyarakat kurang peduli terhadap Bahasa Indonesia. Oleh karena itu, mahasiswa UNJ harus menjadi model dalam berbahasa yang santun, baik lagi benar,” ujar Syarifudin Yunus, yang sekaligus dosen Unindra.

Menyadari pentingnya peran bahasa Indonesia, kata Lia Marliana, UNJ bertekad untuk melakukan kajian teks tentang ujaran kebencian secara lebih objektif. Hal ini agar dapat dipahami oleh masyarakat tentang apa dan bagaimana ujaran kebencian terjadi serta dampak buruknya terhadap ilmu bahasa Indonesia. Apapun teks-nya, perilaku berbahasa harus santun dan mencerdaskan.

“Ke depan, kami akan fokus terhadap kajian bahasa yang beredar di masyarakat. Hal ini penting untuk mempertahankan eksistensi bahasa Indonesia sebagai identtas bangsa, di samping bahasa persatuan sekalipun di tengah keberagaman dan perbedaan,” ujar Lia Marliana di sela acara.

 

Syarifudin menambahkan, IKA BINDO UNJ sebagai organisasi alumni bahasa Indonesia selama ini telah mendeteksi maraknya ujaran dan pertuturan bahasa di media sosial yang sudah salah kaprah, bahkan cenderung menyesatkan. Bahasa seringkali menjadi ekspresi kegelisahan dan kegundahan. Maka ke depan, masyarakat pemakai bahasa harus lebih peduli dan berhati-hati dalam berbahasa, apalagi di media sosial.

 

“Hari ini dan mungkin pada  masa ramai politik seperti sekarang, kita semua butuh gerakan sosial untuk menjadikan medsos sebagai sarana kesantunan berbahasa, bukan sarkasme atau ujaran kebencian,” tutur Syarifudin Yunus.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement