Jumat 12 May 2017 17:48 WIB

Talkshow Communication's Day Bahas Dunia Komunikasi Kekinian

Rep: Rizma Riyandi/ Red: Fernan Rahadi
Talkshow Communication's Day di Auditorium Fisipol UGM, Jumat (12/5).
Foto: Publikom Gama
Talkshow Communication's Day di Auditorium Fisipol UGM, Jumat (12/5).

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (Fisipol) UGM hari ini, Jumat (12/5) menggelar talkshow Communication's Day dalam rangkaian acara kongres Paguyuban Alumni Ilmu Komunikasi UGM (Publikom Gama). Talkshow tersebut membahas isu kekinian seputar dunia komunikasi, di antaranya jurnalisme, periklanan, dan public relations.

Sesi pagi menghadirkan tiga pemateri yaitu Janoe Arijanto (CEO Dentsu One), Imam Wahyudi (anggota Dewan Pers), dan Agung Wiharto (Corporate Secretary Semen Indonesia). Dalam acara yang dihadiri oleh para alumni dan mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi UGM itu, Janoe menjelaskan bahwa dunia marketing communication selalu mengalami perubahan.

Marketing communication saat ini berbeda dengan marketing communication beberapa tahun lalu,” katanya di Auditorium Fisipol UGM, Jumat (12/5). Dengan kehadiran media sosial, menurutnya, saat ini sebuah brand tidak hanya mempresentasikan perusahaan tertentu. Tetapi juga sering dipersepsikan sebagai bagian dari kelompok sosial tertentu.

Ia menjelaskan, kondisi ini terjadi lantaran wilayah sosial dan komersial sudah melebur. Misalnya keberadaan sebuah produk roti pernah diasumsikan sebagai pendukung kelompok tertentu karena hadir dalam sebuah acara.

Fenomena seperti ini mendorong para pekerja marketing communication untuk lebih jeli dan memiliki analisis sosial yang tinggi. Hal ini pun dibenarkan oleh Agung Wiharto. Oleh karena itu, pria yang akrab dipanggil Pupung itu mengemukakan keberadaan tim komunikasi yang handal dalam menanggulangi isu-isu krisis sangat penting bagi sebuah perusahaan.

Selain mengelola brand, keberadaan tim tersebut juga sangat diperlukan untuk menyampaikan pesan-pesan yang ingin disampaikan oleh perusahaan secara tepat. Namun seiring berkembangnya teknologi komunikasi, media penyampai pesan pada masyarakat juga terus berubah.

“Kami sendiri terus berusaha menyampaikan pesan dalam berbagai media. Tidak hanya online, media konvensional seperti koran juga tetap kami gunakan,” kata Agung.

Sementara itu Imam mengemukakan, seiring dengan pertumbuhan teknologi, dunia jurnalistik juga mengalami perubahan yang sangat signifikan. Bahkan perilaku para jurnalis pun ikut berubah. Jika pada awalnya mereka mencari ide berita di lapangan, saat ini mereka cenderung mencari ide dari media sosial.

Kondisi ini seringkali menciptakan benturan terhadap etika jurnalistik. Karena banyak media daring yang lebih mengutamakan viewer saat mempublikasikan beritanya. Salah satunya membuat judul yang bombastis namun tidak berkaitan dengan isi artikel. “Akibatnya kepercayaan para pembaca terhadap media pun berkurang,” kata Imam.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement