Ahad 27 Nov 2016 09:39 WIB

Tiga Tokoh Bangsa Titip Pesan di Wisuda UMM

Rep: christiyaningsih/ Red: Damanhuri Zuhri
Universitas Muhammadiyah Malang.
Foto: Republika/Nico Kurniajati
Universitas Muhammadiyah Malang.

REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Gelaran wisuda Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) ke-82 yang berlangsung Sabtu (26/11) di UMM Dome diwarnai hadirnya tiga tokoh bangsa, yaitu Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg) Pratikno, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy, dan anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) Malik Fadjar.

Di hadapan 1.111 wisudawan yang hadir, Rektor UMM Fauzan menyematkan jas almamater pada Mensesneg Pratikno sebagai simbol warga kehormatan UMM, didampingi Malik Fadjar dan Muhadjir Effendy yang masing-masing hadir sebagai ketua dan wakil Badan Pembina UMM.

Dalam orasi ilmiahnya Pratikno mengucapkan selamat pada UMM yang telah melahirkan banyak sarjana, sekaligus berpesan agar para wisudawan nantinya mampu berkontribusi bagi kemajuan bangsa. “Saya merasa terhormat dikukuhkan sebagai warga kehormatan UMM,” kata mantan Rektor Universitas Gadjah Mada (UGM) ini.

Pratikno berharap, kultur UMM sebagai kampus yang mandiri dapat memotivasi para wisudawan untuk berperan penting di kancah global, salah satunya dengan menjadi entrepreneur. “Saya prihatin dengan peringkat kewirausahaan kita yang rendah. Berdasarkan Global Entrepreneurship and Development Index (GEDI) 2016, kita berada di peringkat 90 dunia, bahkan lebih rendah dari enam negara ASEAN,” paparnya.

Sekalipun prihatin dengan peringkat kewirausahaan Indonesia, Praktikno tak lupa mengingatkan pentingnya rasa bangsa pada Indonesia, karena dalam konteks kemajemukan, bangsa ini telah sangat siap menghadapi dunia yang kian mengglobal. “Dalam ranah global, kita melihat dunia yang tengah dilanda krisis politik dan kemanusiaan,” ujar peraih gelar doktor dari Flinders University Australia ini.

Praktikno mencontohkan konflik di Timur Tengah, sekalipun mereka satu agama, satu etnis, satu bahasa, tapi tetap tak mudah membangun kebersatuan dan perdamaian. Akibatnya, lanjut Pratikno, terjadi eksodus pengungsi yang luar biasa ke daratan Eropa.

“Eropa yang semula merasa tenang dan damai, segala kebutuhan hidupnya telah tercukupi, ternyata mulai gelisah dengan efek terorisme yang ditandai serangan bom di Paris dan Brussels,” kata Pratikno yang pernah mengeyam studi master di Birmingham University Inggris ini.

Apa yang terjadi di Eropa, menurut Pratikno, menunjukkan kegagapan mereka terhadap kemajemukan suku, agama, ras, dan bahasa. “Di saat Eropa masih gagap dengan kemajemukan, Indonesia telah lama menampilkan ciri kebinekaan yang tenteram dan damai. Ketika nanti dunia kian mengglobal, Indonesia akan menjadi rujukan dunia dalam membangun masyarakat penuh harmoni. Termasuk, Islam Indonesia akan menjadi contoh dunia, sebagai Islam yang menghadirkan kedamaian,” papar menteri kelahiran Bojonegoro Jawa Timur ini. 

Sementara itu, Mendikbud Muhadjir yang berpidato mewakili Pimpinan Pusat Muhammadiyah mengatakan, kelebihan UMM adalah kultur kemandirian yang dimilikinya. “Sejak kelahirannya, UMM selalu bisa menentukan masa depannya tanpa ketergantungan pada negara. Kultur inilah yang perlu dimiliki lulusan UMM,” kata Rektor UMM pada 2000-2015 ini.

Sembari berpesan pada wisudawan-wisudawati, Muhadjir mengutip pepatah Arab yang bermakna, apa yang terjadi hari ini adalah mimpi hari kemarin. “Untuk itu, tugas saudara adalah membangun impian untuk masa depan. Persembahkanlah impian Anda untuk kepentingan bangsa yang kita cintai ini.”

Tak lupa, Malik Fadjar turut memberi nasehat agar lulusan UMM mengingat petuah pendiri Muhammadiyah KH Ahmad Dahlan, yaitu pertama, jadilah ulama atau orang-orang berilmu yang bermanfaat bagi masyarakat. Kedua, jangan berhenti mengikuti kemajuan dan perkembangan zaman. “Dan yang terpenting, jangan merasa lelah mengabdi pada bangsamu,” pesan Malik.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement