Selasa 06 Oct 2015 11:50 WIB

Mahasiswa IPB Pelopori Gerakan Pengurangan Kantong Plastik

Seorang peserta kampanye memberikan sosialisasi pengurangan sampah kantong plastik kepada warga yang melintas di Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta, Ahad (24/2).  (Republika/Agung Fatma Putra)
Seorang peserta kampanye memberikan sosialisasi pengurangan sampah kantong plastik kepada warga yang melintas di Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta, Ahad (24/2). (Republika/Agung Fatma Putra)

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Mahasiswa IPB memelopori gerakan pengurangan kantong plastik dengan mengkampanyekan penggunaan tas pakai ulang (reusable) ke sejumlah negara ASEAN melalui program ASEAN Reusable Bag campaign.

"ASEAN Reusable bag campaign (ASEAN RBC) merupakan sebuah gerakan peduli lingkungan yang berkonsentrasi terhadap pengurangan penggunaan kantong plastik di negara ASEAN," kata Ranitya Nurlita mahasiswa Studi Manajemen Sumber Daya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB, di Bogor, Selasa.

Ranitya mengatakan, gerakan ASEAN RBC diinisiasi oleh Young Southeast Asian Leaders Initative (YSEALI) yang dilaksanakan di tiga negara yakni Indonesia, Malaysia dan Filipina selama satu tahun ke depan.

Menurut Ranitya dipilihnya negara ASEAN dalam kampanye penggunaan tas belanja pakai ulang karena ASEAN termasuk negara penyumbang plastik terbesar di dunia di banding negara maju.

"Negara di ASEAN termasuk negara penyumbang sampah plastik terbesar, dan paling banyak membuang sampah plastik ke laut," ungkap Ranitya menjelaskan.

Ia mengatakan, sebagai negara berkembang, kebiasaan masyarkat di negara ASEAN masih tradisional menggunakan kantong plastik untuk berbelanja. Berbeda dengan negara maju yang sudah menggunakan reusable bag.

"Seperti di Amerika masyarakatnya jarang menggunakan kantong plastik. Karena untuk menggunakannya mereka harus bayar sebesar 25 sen USD," katanya menambahkan.

Dia mengatakan, produksi sampah plastik negara di ASEAN tahun 2000 sebesar 56 miliar ton. Thailand menjadi negara pertama penyumbang sampah plastik terbesar yakni 33 persen, disusul Indonesia sebesar 24 persen, Malaysia diperingkat ketiga sebesar 17 persen dan Filiphina diperingkat empat sebesar 10 persen dan Singapura 3 persen.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement