Selasa 30 Jun 2015 19:03 WIB

12 Mahasiswa AS dan Indonesia Belajar Pluralisme

Rep: Neni Ridarineni/ Red: Indah Wulandari
Sikap penuh toleransi terhadap agama lain merupakan hal esensial dalam kehidupan.
Foto: dok Republika
Sikap penuh toleransi terhadap agama lain merupakan hal esensial dalam kehidupan.

REPUBLIKA.CO.ID,YOGYAKARTA -- Sebanyak 12 mahasiswa Indonesia dan Amerika Serikat mempelajari isu budaya, agama, dan demokrasi di Yogyakarta.

Enam mahasiswa tersebut berasal dari Universitas Indonesia, Universitas Gadjah Mada, Universitas Airlangga. Serta enam mahasiswa dari Leigh University, University of Michigan, dan Towson University.

‘’Program tersebut merupakan kerjasama antara Indonesia dan AS setelah Presiden AS Barack Obama datang ke Indonesia di tahun 2011,’’ kata Wakil Rektor Bidang Sumber Daya Manusia dan Aset UGM Budi Santoso Wignyosukarto, Selasa (30/6).

Dalam program ini, kata Budi, mahasiswa dilibatkan langsung dalam mempelajari pengaruh budaya terhadap kehidupan beragama, melakukan kunjungan ke masjid, gereja, dan tempat-tempat ibadah, dan berdialog dengan ormas agama.

Sehingga hal ini akan mengenalkan mahasiswa mengenai keterbukaan, kekeluargaan dan toleransi tanpa menghakimi. Melalui kegiatan ini, ujarnya, generasi muda akan terpacu untuk mempelajari kearifan lokal kehidupan umat beragama, serta menangkal pengaruh buruk radikalisme dan terorisme.

Masing-masing mahasiswa berada di Amerika tiga minggu dan di Indonesia tiga minggu. Selama di Indonesia salah satunya berkunjungan ke Yogyakarta selama enam hari (27 Juni – 2 Juli 2015. Selama di DIY  mereka menyempatkan untuk berdialog dengan Sultan HB X antara lain tentang agama dan pluralisme.

Sri Sultan HB X mengungkapkan bahwa sebelum Islam masuk ke DIY , sudah ada agama Budha yang ditandai dengan adanya Candi Borobudur di abad VII, kemudian Hindu masuk ditandai dengan Candi Prambanan di Abad IX dan baru Islam di Abad 14. Jadi ketiga agama berpengaruh terhadap kehidupan masyarakat di Yogyakarta.

Selain ketemu Sultan, selama kunjungan ke DIY para mahasiswa tersebut melakukan diskusi dengan berbagai kelompok masyarakat, antara lain Paguyuban Noto Bawono Bantul, diskusi tentang Transgenders di Pesantren Senin-Kamis Al-Fattah, dan berdiskusi  dengan Alisa Wahid.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement