Sabtu 23 Nov 2013 16:18 WIB

Rektor UII: Kematangan Intelektual dan Akhlak Kunci Keberhasilan

Rep: heri purwata/ Red: Damanhuri Zuhri
UII
UII

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA – Rektor Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta, Edy Suandi Hamid mengatakan kompetisi kerja di masa depan akan semakin ketat.

Menyusul masuknya Indonesia dalam ASEAN Economic Community 2015, yang akan mulai berlaku pada tahun 2015.

Edy Suandi Hamid mengemukakan hal itu usai mewisuda 817 wisudawan/wisudawati periode I tahun akademi 2013/2014 di Kampus UII Terpadu, Yogyakarta, Sabtu (23/11).

Para wisudawan terdiri dari 40 orang wisudawan dari Program Diploma Tiga (D3), 654 orang wisudawan/wisudawati dari Program Strata Satu (S-1), 119 orang wisudawan/wisudawati dari Program Strata Dua (S-2) dan 4 orang wisudawan dari Program Strata Tiga (S-3).

Dijelaskan Edy, ASEAN Economic Community 2015 merupakan episode baru persaingan jasa secara bebas di mana para pekerja asing akan bebas masuk ke Indonesia dan bersaing dengan tenaga kerja dalam negeri.

Berdasarkan survei HSBC (The Hongkong and Shanghai Banking Corporation) Indonesia berada pada peringkat enam besar negara tujuan ekspatriat dalam mencari kerja. “Ini semakin memperjelas peta kompetisi dalam bekerja,” kata Edy.

Lebih lanjut Edy mengatakan realita tersebut menjadi sebuah tantangan yang harus dihadapi siapa saja, termasuk sarjana lulusan UII secara khusus.

“Kami optimistis semua itu mampu dihadapi saudara sekalian dengan bekal gelar akademik yang tercantum di belakang nama saudara yang mengandung makna kompetensi tertentu yang dimiliki,” kata Edy.

Model pendidikan di UII , kata Edy,  mengedepankan kematangan intelektual dan akhlak. “Sehingga hal ini diharapkan semakin menambah rasa optimisme kami bahwa lulusan UII memang dipersiapkan untuk siap menghadapi kompetisi, baik di level nasional maupun global,” ujarnya.

Kepada para lulusan magister, Edy berharap memiliki kematangan dan kompetensi lebih, baik dalam berpikir dan berprilaku. Sehingga akan tumbuh kreativitas dan produktivitas yang selaras dengan gelar tambahan.

Sedang kepada pemegang derajat doktor, berbekal metode belajar yang lebih terfokus pada riset dan kontemplasi keilmuan yang berpijak pada nilai-nilai filsafat, maka hal itu telah meneguhkan jati diri lulusan yang lebih berkompeten di bidang riset.

“Karenanya, kami berharap mulai saat ini saudara telah bersiap diri untuk menjadi peneliti guna pengembangan inovasi-inovasi ilmu pengetahuan yang kemudian hasilnya bisa memberikan kemanfaatan bagi kehidupan dan kemashlahatan umat manusia,” katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement