Selasa 09 Apr 2013 16:56 WIB

Akademi Tata Boga Bandung Gelorakan Nilai Islam

Rep: Lingga Permesti/ Red: Heri Ruslan
Akademi Tata Boga Bandung (ATB)
Foto: facebook
Akademi Tata Boga Bandung (ATB)

REPUBLIKA.CO.ID, Bidang kulinari kini tak bisa dipandang sebelah mata. Profesi ini menjanjikan masa depan cerah dan pendapatan yang cukup besar. Alhasil, sekolah dan akademi kuliner pun bermunculan di kota Bandung dengan julukan 'Paris van Java' ini.

Fenomena menjamurnya sekolah kuliner seolah pertanda industri kuliner semakin menggeliat. Ini juga ditunjang dengan beragam liputan dan tayangan media yang mengangkat pamor kuliner.

Para orang tua pun tak segan-segan menyekolahkan anaknya untuk menekuni dunia kuliner. Namun demikian, maraknya sekolah kuliner tak disertai dengan pendidikan agama yang mencukupi. Sehingga, dunia tata boga tak berwarna Islami. Banyak makanan yang diajarkan tak sesuai dengan ajaran Islam. Misalnya, dibebaskan dengan penggunaan bahan-bahan haram seperti rum dan alkohol.

Untuk itu, Akademi Tata Boga Bandung (ATB) mengusung kurikulum yang tak biasa. Di setiap semester, kata Ketua Yayasan Al-Amanah Bandung, Dadang Supriatna, akademi ini memberikan materi ajar Pendidikan Agama Islam (PAI). Baik dalam hal akidah, akhlak, sampai makanan halal dan toyibah (baik).

"Di sekolah lain mungkin hanya di awal semester. Sementara di ATB, PAI kami berikan setiap semester," kata Dadang. ATB merupakan sekolah di bawah asuhan Yayasan Al-Amanah Cileunyi Bandung.

Hal itu, kata Dadang, sejalan dengan misi ATB untuk menghasilkan tenaga profesional yang menjunjung nilai agama, budaya, dan perkembangan sains serta teknologi. ATB juga tetap menyiapkan lulusan menjadi ahli dalam bidang pengelolaan makanan dan manajemen dapur.

Dadang menuturkan, tren peminat studi di bidang kuliner memang meningkat. Hal ini dibuktikan dengan sema kin bertambahnya jumlah mahasiswa dari tahun ke tahun. "Dulu, kami hanya ada 10 mahasiswa. Sekarang sekitar 90 mahasiswa," kata Dadang.

Pada awalnya, pihak yayasan memang belum terpikir untuk membuka sekolah kuliner. Namun, kata Dadang, yayasan ingin membangun sesuatu untuk agama. Maka, pada 1996, terbentuklah ATB. Rencananya, ATB akan berubah menjadi politeknik ATB. ATB akan membuka program D4 atau disebut S1 terapan. Pihaknya juga akan menambah ruangan baik fasilitas, laboratorium tata boga, pastry, bahasa Inggris, dan store room.

Menurut Wakil Direktur I Bidang Akademik Yudha Abu bakar, selama ini, ATB mempunyai program studi D1, D3 dan D3 regular. Mahasiswa D1 harus menyelesaikan 43 SKS selama 2-4 semester dengan konsentrasi tata boga, pastry dan bakery, serta tata hidangan atau food and beverage service.

Sementara mahasiswa D3, juga dikonsentrasikan dalam hal tata boga atau culinary art, pastry, dan bakery, serta konsentrasi usaha manajemen restoran. "Manajemen restoran juga cukup diminati, namun paling banyak di bidang tata boga," kaya Yudha. Untuk program studi D3 kelas karyawan tak jauh berbeda dengan program lain nya. Namun, perkuliahan diselenggarakan pada sore ha ri. ATB juga memberikan bea siswa untuk mahasiswa tidak mampu. Sekitar 10 beasiswa diberikan setiap tahunnya untuk mahasiswa program D1.

Kerja sama juga terjalin dengan dunia industri makanan seperti hotel dan rumah sakit. Tercatat, Hotel Hyatt, Savoy Homann, Papandayan, Grand Aquila, Arjuna dan Kagum Grup sebagai lokasi praktik kerja lapangan. "Untuk di etetik misalnya, kami bekerja sama dengan pihak Rumah Sakit Hasan Sadikin," kata Yudha.

Prestasi ATB pun boleh di bilang luar biasa. Beberapa mahasiswanya menjadi che-fchef di hotel ternama di luar negeri, seperti Dubai dan Ma laysia. Selain itu, ATB sering kali memenangkan perlombaan dalam dan luar negeri.

Di 2007, ATB menjadi jua ra pertama lomba kreasi inovasi produk industri agro berbahan baku buah dan mangga. "Kami juga pernah ikut Asean Skill Competition tingkat Provinsi Jawa Barat pada 2009," katanya.

Sementara untuk pengajar yang memang ahli dalam bidangnya juga banyak yang terserap di dunia kerja. Mulai dari pengelola rumah makan, pengajar ahli pengolahan ma kanan hotel, dosen ahli pangan, dosen NHI dan UPI, dosen tamu industri makanan. "Saya dapat bekerja di Ku wait sejak 2008 hingga sekarang," kata Sehabudin, mahasiswa lulusan 2006.

Mahasiswa ATB banyak berasal dari Kalimantan, Bali, Riau, dan Palembang. Sa lah satu mahasiswa ATB, Iip Desi Ristana (23 tahun) sangat ya kin dengan konsentrasi tata bo ga yang dipilih nya. Menurut siswa semester empat ini, dunia kerja tata boga lebih luas dan menjanjikan.

"Kalau bisa lebih di per bagus lagi fasilitasnya," kata mahasiswa asal Pekanbaru ini.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement