Kamis 03 Apr 2014 16:10 WIB

Pemilih Muda Jabodetabek Lebih Pilih PDIP

Seorang simpatisan PDI Perjuangan berdandan seperti banteng ketika mengikuti kampanye perdana terbuka di Lapangan Thor, Surabaya, Jatim, Senin (17/3).
Foto: Antara/M Risyal Hidayat
Seorang simpatisan PDI Perjuangan berdandan seperti banteng ketika mengikuti kampanye perdana terbuka di Lapangan Thor, Surabaya, Jatim, Senin (17/3).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemilih muda dan pemilih mula ternyata lebih menyukai PDI Perjuangan (PDIP) ketimbang partai lain. Dari 1.039 pelajar dan mahasiswa di Jabodetabek, elektabilitas PDIP mencapai 15,16 persen.  

"Penelitian ini dilakukan sebelum Jokowi dideklarasikan sebagai capres," jelas Head of School of Management Universitas Siswa Bangsa Internasional (USBI), M Gunawan Alif dalam keterangan resminya, Kamis (3/4).      

Seletah PDIP, ujarnya, kemudian diikuti Partai Gerindra (8,06 persen), Partai Demokrat (5,73 persen), Partai Hanura (3,71 persen), Partai Golkar (3,61 persen), Partai Nasdem dan Partai Keadilan Sejahtera (masing-masing 3,18 persen).

Kemudian, Partai Kebangkitan Bangsa (1,48 persen), Partai Amanat Nasional (1,27 persen), Partai Persatuan Pembangunan (0,74 persen), PKPI (0,42 persen) dan PBB (0,21 persen).

Penelitian juga memerlihatkan, golput (golongan putih) masih menjadi ancaman pada pemilu 2014. Karena ternyata, hanya hanya 53 persen pemilih berusia 17-25 tahun yang menyatakan akan menggunakan suaranya pada 9 April mendatang.

Angka golput cukup tinggi karena anak muda merasa partai politik tak melakukan apa pun terhadap masalah yang mereka anggap penting. Mulai dari masalah ekonomi, politik, hukum, sosial, keamanan, pendidikan, teknologi, hingga budaya. 

Penelitian ini pun mendukung sejumlah studi bahwa, partisipasi pemilih muda cenderung semakin berkuran. Alasannya beragam, seperti semakin lunturnya ideologi, perilaku negatif parpol, dan buruknya pelajaran kewarganegaraan di sekolah. 

"Sejumlah studi memerlihatkan, jika pada saat pertama tidak ikut memilih, mereka tak akan merasa rugi jika tidak memilih pada pemilu berikutnya," ujar Gunawan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement