Selasa 24 Apr 2018 11:31 WIB

BYD Co Cina Makin Mengejar Tesla

Perusahaan yang disokong Warren Buffett itu harus kehilangan valuasi pasar.

Rep: Fuji Pratiwi/ Red: Winda Destiana Putri
BYD Co, mobil listrik asal Cina.
Foto: Autoexpress
BYD Co, mobil listrik asal Cina.

REPUBLIKA.CO.ID, HONG KONG -- Meski harga sahamnya turun 14 persen, para analis tak meragukan potensi perkembangan produsen mobil listrik asal Cina BYD Co ke depan. Prospek pertumbuhan pasar kendaraan ramah lingkungan di Cina dibayangi mengetatnya subsidi pemerintah dan persaingan dengan perusahaan asing yang makin sengit.

 

Perusahaan yang disokong Warren Buffett itu harus kehilangan valuasi pasar hingga tiga miliar dolar AS (Rp 42 triliun) tahun ini akibat persaingan ketat di pasar. Dari survei Bloomberg terhadap 27 analis yang mengamati BYD, sebagian besar melihat BYD masih prospektif.

 

18 analis menyarankan investor untuk membeli saham BYD, naik sebelumnya hanya 15 analis yang menyarankan demikian. Dari skala keyakinan para analis akan kinerja antara 1-5, BYD mendapat skor 3,96 sementara rival BYD, Tesla Inc, hanya mendapar skor 3,13.

Analis Daiwa Securities di Hong Kong, Kelvin Lau mengatakan, pendapatan jangka pendek BYD memang dalam tekanan akibat penyesuaian subsidi pemerintah Cina. ''Namun, mobil model baru BYD akan cocok dengan syarat subsidi pemerintah. Kerena itu nampaknya akan perbaikan kondisi pada paruh ke dua nanti,'' kata Lau seperti dikutip Bloomberg pada Selasa (24/4).

Pemerintah Cina memangkas subsidi kendaraan ramah lingkungan untuk memacu persaiangan yang sehat dan akan memberi insentif mulai 2020. Akibatnya, pendapatan kuartal satu BYD diprediksi turun hingga 92 persen. Berdasarkan Bloomberg Intelligence, Pemerintah Cina memberi kelonggaran pajak laba sebesar 23 persen pada 2017, naik dari 11 persen pada 2016.

Cina masih agresif dalam pengembangan kendaraan listrik untuk mengurangi polusi dan ketergantungan akan bahan bakar minyak. Presiden Cina Xi Jinping bajkan menargetkan peningkatan penjualan kendaraan listrik hingga 700 persen.

Cina berencana menaikkan subsidi untuk kendaraan listrik besar. Hal itu akan menguntungkan pengembangan SUV yang tengah BYD lalukan.

Pendapatan per lembar saham perusahaan yang juga memproduksi baterai itu diprediksi akan naik 32 persen sampai akhir 2018 ini atau di atas rata-rata industri sebesar 29 persen. Penjualan kendaraan BYD juga diprediksi akan naik 24 persen tahun ini dari prediksi hanya 17 persen.

Analis Maybank Kim Eng Securities di Hong Kong, Ka Leong Lo mengatakan, setelah 2020, BYD juga bisa mengembangkan lini bisnis kredit kendaraan listrik. Meski merupakan produsen kendaraan listrik tunggal asal Cina, tak berarti BYD tanpa saingan. Liberalisasi pasar kendaraan listrik oleh Cina membuat Tesla dan Nissan tak mau melepaskan kesempatan masuk ke pasar Cina.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement