Ahad 08 Nov 2015 10:18 WIB

Toyota Hati-Hati Soal Keamanan Airbag

Rep: MgROL49/ Red: Dwi Murdaningsih
Logo Toyota.
Foto: REUTERS/Mike Blake
Logo Toyota.

REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO -- Belum kelar berita dugaan skandal emisi yang melibatkan pabrikan mobil Volkswagen, perusahaan suplayer Takata juga turut bermasalah. Banyak perusahaan mobil yang sudah putus kolaborasi dengan pemasok asal Jepang tersebut lantaran produk yang dikeluarkan diduga cacat.

Toyota mengatakan tidak akan meninggalkan bermitra dengan mereka. Pernyataan tersebut dibuat oleh Presiden perusahaan, Akio Toyoda. Namun, Toyoda ingin menunjukkan fakta bahwa Toyota akan tidak lagi menggunakan inflators Takata yang mengandung fase-stabil amonium nitrat pembakar, yang diyakini menjadi sumber masalah saat ini. Toyota akan mempertimbangkan airbag versi lain dari Takata selama masih aman.

"Bahkan jika mereka dibuat oleh Takata, kami bermaksud untuk mengambil pendekatan selama Takata dapat mengkonfirmasi keselamatan bagi para konsumen,"  ujar Toyoda, seperti dilansir Inaautonews, akhir pekan ini.

Sebagai konsekuensi dari pernyataan ini, saham Takata sedikit meningkat. Takata telah kehilangan hampir 40 persen saham selama tiga hari terkait Takata inflators. Perusahaan telah kehilangan kemitraan Honda, dan disusul oleh Mazda yang juga berhenti menggunakan airbag tersebut. Sementara itu Fuji Heavy Industries (Subaru) dan Mitsubishi Motors mengatakan mereka sedang mempertimbangkan untuk melakukan hal yang sama.

Sebelumnya, Takata disinyalir telah mengakui bahwa telah menyadari adanya kecacatan produk airbag tetapi gagal untuk mengeluarkan penarikan tepat pada waktunya. Hal ini dianggap melanggar hukum federal. The National Highway Traffic Safety Administration telah memberlakukan denda sebesar 70 juta dolar tunai dan akan menambah  130 juta jika Takata gagal memenuhi daftar komitmennya.

Permasalahan dari inflator airbag ini disinyalir menjadi penyebab atas tewasnya tujuh orang tewas dan hampir 100 orang cedera di Amerika Serikat.

"Selama bertahun-tahun, Takata telah membangun dan menjual produk yang gagal namun menolak untuk mengakui produk tersebut gagal, serta gagal memberikan informasi secara lengkap kepada NHTSA, pelanggan, ataupun masyarakat," kata Menteri Transportasi Anthony Foxx, seperti yang dilansir dari Leftlanenews.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement